A Strange Little Thing Called Love: a Photoessay

Dua belas buku telah dipilih. Dua belas kisah tentang cinta segala rupa. Saat membahas tentang proyek #FriendsofPOST pertama di POST yang bertema “A Strange Little Thing Called Love”, saya dan Tama menimbang-nimbang apa kiranya yang bisa kami persembahkan untuk kuratorial ini. Berhubung Tama tukang potret, ia mengusulkan untuk membuat pameran fotografi. Tentu saja, foto yang dikurasi akan disesuaikan dengan cerita cinta yang terdapat dalam dua belas buku tersebut—yang akan kami kutip pula di bawah setiap foto.

Kurasi foto ini lalu diserahkan kepada saya. “Tukang potret tidak bisa menjadi kurator karyanya sendiri,” begitu ujar Tama jemawa. Saya, sih, senang-senang saja. Dan karena kecintaannya pada pohon—ia selalu memotret pohon pada tiap kesempatan, konon—Tama memberi ide agar cinta-cinta yang tersurat dari buku tersebut direpresentasikan berupa pohon. Bukan manusia, sepasang burung dara, secangkir kopi, apalagi balon udara.

Maka, proses pemilihan foto pun dimulai. Tama memilah-milah foto pohon yang pernah dipotretnya. Foto dari Bandung, Padang, hingga Nagoya, Kyoto, dan Hokkaido dipilih untuk mendampingi kurasi dua belas buku bertema cinta yang aneh. Tadinya kami ingin mengemas pameran foto ini dengan lebih gemilang, dengan bingkai atau instalasi lainnya, tetapi keterbatasan ruang dan waktu membuat kami memutuskan untuk membuat pameran fotografi pertama Tama sebagai pameran yang sederhana namun meninggalkan kesan hangat.

Foto yang paling saya sukai adalah foto pohon cemara yang dirundung salju. Keheningan yang tercipta bagaikan menjalar dan membuat tubuh saya gigil. Sementara itu, foto dua pohon yang bersebelahan ditingkah langit biru terlihat begitu unik dan menggembirakan. Tama, tentu saja, lebih menyukai foto-fotonya yang bernuansa hitam-putih dan buram. Dan foto bayangan ranting-ranting pohon yang terlihat seperti akar terasa sangat dramatis. Saya sangat suka!

Kalau diminta memilih satu saja yang paling saya sukai, kepala saya bisa pening. Saya menyukai semuanya, begitu pula Tama. Ya, paling tidak kami punya kawan yang sependapat, Teddy bahkan langsung meminta salah satu foto untuk dipajang di rumahnya. Nah, sebagaimana foto-foto ini begitu bermakna bagi kami, semoga kalian juga merasakan hal serupa. Ya, lagipula ini perayaan pertemuan satu tahun kami, jadi kalian harus merayakannya bersama kami!

 

Untuk cinta yang aneh,

Yuki no Tama

a strange little thing called love
I don’t know if we each have a destiny, or if we’re all just floatin’ around like accidental-like on a breeze, but I, I think maybe it’s both. Maybe both is happenin’ at the same times.
Forrest Gump – Winston Groom
a strange little thing called love
Love, no matter else it might be, is a natural talent. You are either born knowing how or you never know.
Love in the Time of Cholera – Gabriel Garcia Marquez
a strange little thing called love
f you remember me, then I don’t care if everyone else forgets.
Kafka on the Shore – Haruki Murakami
a strange little thing called love
Sometimes the memory of happiness cannot stay true because it ended unhappily.
The Reader – Bernhard Schlink
a strange little thing called love
How happy is the blameless vestal’s lot!
The world forgetting, by the world forgot.
Eternal sunshine of the spotless mind!
Each pray’r accepted, and each wish resign’d.
Eternal Sunshine of the Spotless Mind – Cristopher Grau
 a strange little thing called love
Looking out over the courtyard at the dirty walls, he realized he had no idea whether it was hysteria or love.
The Unbearable Lightness of Being – Milan Kundera
a strange little thing called love
A single metaphor can give birth to love.
Identity – Milan Kundera
a strange little thing called love
Love is, smiling the moment you see one another.
Hector and the Secrets of Love – Francois Lelord
a strange little thing called love
Only the happy ones return to contentment. Those who were sad return to despair.
The Woman in Dunes – Kobo Abe
a strange little thing called love
May the memory of this moment, here, the glowing impression of the two of us facing each other in this warm, bright place drinking lovely hot tea, help save him, even a little bit.
Kitchen – Banana Yoshimoto
a strange little thing called love
He knew well enough that for her it was in fact no waste of effort, but somehow the final determination that it was had the effect of distilling and purifying the woman’s existence.
Snow Country –  Yasunari Kawabata
a strange little thing called love
I took a photo of us, mid-embrace. When I am old and alone I will remember that I once held something truly beautiful.
Submarine – Joe Dunthorne

Curator: @yukianggia

Photography: @tamagraph
 

a travel writer and blogger who have a big passion for writing and editing, social media, and photography.

Related Posts

12 Responses
      1. wahahaha, dan ternyata aku sama kayak kak tama ya suka yg hitam putih dan alasannya juga sama karena lebih dramatis :p
        kesannya gimanaaa gitu keren tapi nggak tau deh gimana penyampaiannya 😀

  1. ini manis banget sih kolaborasi karyanya…sukaaaaa <3
    btw aku penasaran sih sama buku-bukunya, tapi keliatannya berat takut otaknya gak nyampe 😀

  2. hidupmu sungguh mmenyenangkan kawan. Ak penyuka travel tetapi blum bisa mengikuti itu. Gambar2 diatas sangat menyejukkan hati. trims bacaannya

    1. halooo…
      terima kasih juga udah mampir dan meninggalkan komentar. hidup kita semua asyik, asal bias dinikmati selalu.gakharus jalan-jalan sepanjang waktu, kok. 🙂

Leave a Reply