Setelah menunggu delapan bulan, perjalanan saya ke Maluku terlaksana awal Mei lalu. Dengan harga tiket pesawat tiga kali lipat lebih murah, saya terbang ke Ambon dengan sumringah. Bersama enam belas orang lainnya, yang salah satunya masih berusia delapan belas bulan.
Begitu mendarat di Bandara Internasional Pattimura dan kehilangan sinyal 3G, belasan muda-mudi dari Jakarta itu heboh mengabadikan momen dengan GoPro Hero 4 Silver sewaan. Salah satu di antara rombongan itu adalah saya. Yang kegirangan karena baru pertama kalinya merasakan zona waktu WIT. Urusan bagasi selesai, kami berbondong-bondong keluar seperti peserta karantina Indonesian Idol.
Team Leader kami, Mameta, sudah memesan mobil untuk menuju Pelabuhan Tulehu—kami akan menyeberang ke Pelabuhan Amahai di Masohi. Ternyata, bukan mobil yang menanti, melainkan bus ¾ abu-abu bertuliskan Damri. Hemat dan praktis karena peserta yang melebihi anggota kesebelasan sepak bola.
Tiga puluh menit kemudian, kami sudah duduk santai di kapal. Namun, bukan itu yang ingin saya ceritakan. Tiga hari kemudian, kami kembali ke Pattimura untuk terbang ke Kepulauan Kei. Masih menumpang maskapai yang sama, perjalanan hampir dua jam terasa begitu singkat. Bahkan, film Before Sunrise yang saya tonton belum tamat. Nah, berikut ini sepuluh hal penting yang perlu kamu ketahui tentang Kei.
[Baca juga: Bertualang di Kei Kecil; Itinerary 3 Hari 2 Malam]
1. Bandara Internasional Karel Satsuitubun
Pagi yang menyilaukan menyambut kami di Kei. Begitu turun dari pesawat ATR 72-600 yang pertama kali saya naiki, kami berfoto ria seperti turis dadakan. Bandara yang terletak di Langgur ini, menggantikan Bandara Dumatubun di Tual yang kini menjadi tempat kegiatan TNI AU, terbilang masih baru dan butuh perbaikan di sana-sini.
Satsuitubun adalah satu-satunya bandara di Kepulauan Kei, yang berada di Pulau Kei Kecil. Mengapa dibangun di Kei Kecil, bukan Kei Besar? Karena kontur Kei Besar yang berupa hutan lebat dan perbukitan tak memungkinkan untuk dijadikan landasan pesawat terbang.
Sayangnya, sarana dan prasarana di sini kurang terawat. Ruang check-in tak dilengkapi pendingin udara, ruang boarding pass pun tak terasa dingin walaupun ada pendingin udara. Dinding-dinding sebagian besar kosong, tak dihiasi promosi wisata ataupun spanduk yang memamerkan pariwisata unggulan setempat. Toiletnya kotor, tak ada petugas kebersihan dan tisu dan pengharum ruangan, dan kunci pintunya rusak sehingga tak dapat ditutup. Pun begitu, bandara ini merupakan fasilitas yang sangat penting di Kei, yang menghubungkannya dengan dunia luar.
2. Struktur wilayah Kepulauan Kei
Kepulauan Kei terdiri atas dua pulau utama, Kei Kecil dan Kei Besar. Keduanya berada di Kabupaten Maluku Tenggara, dengan ibu kota Langgur. Maluku Tenggara memiliki 119 pulau dan 6 kecamatan, yaitu Kei Besar Utara Timur, Kei Besar Selatan, Kei Kecil Barat, Kei Kecil Timur, dan Kei Kecil. Mayoritas penduduknya adalah suku Kei, diikuti oleh Jawa, Bugis, Makassar, dan Buton.
Kepulauan Kei juga disebut Nuhu Evav atau Kepulauan Evav oleh warga setempat. Nama Kei (Kai) merupakan sebutan dari zaman kolonial Hindia Belanda yang bertahan hingga kini. Selain Kei Kecil dan Kei Besar, pulau-pulau besar lainnya adalah Tanimbar Kei, Kei Dulah, Dulah Laut, Kuur, Taam, dan Tayandu. Dalam trip ini kami hanya menjelajahi Kei Kecil (karena di Kei Besar ada John Kei).
Kecamatan Kei Kecil memiliki 21 desa, yang semuanya sulit dilafalkan oleh lidah saya, yaitu Ngabub, Ibra, Sathean, Faan, Langgur, Kolser, Kelanit, Letman, Ohoidertavun, Ohoililir, Ngilngof, Namar, Ngayub, Debut, Rumadian, Dian, Letvuan, Evu, Warwut, Wab, dan Tetoat; serta satu kelurahan, Ohoijang Watdek. Desa-desa itu terbagi lagi atas beberapa dusun dan RT/RW.
3. Transportasi andalan: sewa mobil!
Setibanya di bandara, dua mobil sudah menunggu, Avanza dan angkot. Mengapa tidak menyewa dua Avanza yang nyaman? Ya, supaya tas-tas kami bisa ditaruh di angkot yang lebih lowong. Perebutan mobil pun terjadi. Saya tentunya naik Avanza yang adem.
Di sini tersedia angkutan umum, tetapi rute dan armadanya terbatas. Sebaiknya menyewa mobil karena dapat menjangkau semua tujuan. Harga sewa per hari, termasuk supir, sekitar empat ratus ribu rupiah.
4. Pilihan akomodasi di Ngurbloat: Villa Monica
Memesan penginapan di Indonesia Timur memang cukup sulit. Jangankan berharap email cepat dibalas, telepon pun jarang aktif. Itulah yang terjadi saat kami mencari penginapan di Ngurbloat atau yang lebih populer disebut Pasir Panjang. Tadinya kami mengincar Coaster Cottage, tetapi karena penuh kami memesan penginapan Mama Tita. Tanpa mengetahui tempatnya seperti apa karena tak ada di Google.
Kami takjub saat tiba di Villa Monica. Bayangan deretan kamar-kamar kecil menguap. Sebuah vila luas dengan lima kamar menyambut kami. Makanan buatan Mama Tita pun sangat lezat dan berlimpah. Kamar mandi hanya dua, tetapi sangat luas dan dapat memuat selusin orang sekaligus.
Bonus utamanya, lima menit jalan kaki dari Villa Monica kita dapat menyaksikan matahari terbenam di Ngurbloat yang terkenal sebagai salah satu pantai dengan pasir putih terhalus di dunia.
5. Pantai pasir putih sehalus bedak
Tak perlu mengarungi lautan berjam-jam atau mengendarai mobil naik-turun tebing untuk menemukan pantai cantik di Kei Kecil. Jalan lima menit dari penginapan, ada Pantai Ngurbloat. Naik mobil lima belas menit, ada Pantai Ngursarnadan.
Favorit saya adalah Pantai Madwaer. Lokasinya lumayan jauh, satu jam lebih dari penginapan. Namun, pasir putih dan barisan nyiur di sini sungguh menggoda. Tadinya kami hendak pesta lobster, tetapi batal karena nelayan tak melaut akibat ombak tinggi. Kami pun beralih pada kelapa hasil panjatan di pinggir pantai, saya makan tiga!
Untuk mengelilingi pulau kecil di sekitar, sewalah perahu. Kami makan siang di sebuah pulau yang dihuni burung camar, yaitu Pulau Nukahai. Pasir putihnya sehalus bedak dan airnya bergradasi dari biru hingga toska. Setelah itu, kami snorkeling di Pulau Ohoieu. Sayangnya, kami batal ke Ngurtafur karena ombak besar. Pertanda bahwa saya harus kembali lagi suatu saat.
[Baca juga: 4 Pantai Terindah di Pulau Kei Kecil yang Wajib Dikunjungi]
6. Wisata gua dan bukit
Gua Hawang terletak di Desa Letvuan, sekitar dua puluh menit dari penginapan. Bersiaplah untuk terpukau dengan birunya yang berkilau saat diterpa sinar matahari. Oh, konon menurut kepercayaan masyarakat sekitar, di gua ini terdapat roh jahat yang bergentayangan.
Kami juga berkunjung ke Bukit Masbait yang terkenal sebagai tempat ziarah pemeluk agama Katolik. Dari puncak menara, yang dihiasi patung Yesus, kita dapat menyaksikan pemandangan yang menakjubkan. Bukit ini dapat ditempuh dengan trekking ringan lima belas menit saja.
7. Warga lokal yang ramah
Salah satu hal penting yang saya sadari saat berkunjung ke Maluku adalah keramahan orang-orangnya. Jujur saja, selama ini saya mengira orang Maluku berwatak keras dan galak, tetapi tidak. Saya selalu bertemu orang-orang yang ramah dan cenderung jenaka. Para orang tua pun tersenyum dan senang saat saya mengajak anak-anak mereka bicara atau bermain.
8. Desa Kristen dan Muslim terpisah
Seperti wilayah lainnya di Maluku, warga beragama Kristen dan Islam di Kei juga tinggal di desa-desa yang terpisah. Akan tetapi, tidak terlalu mencolok seperti di Ambon. Saya agak terkejut saat melihat deretan tiang salib yang tertancap di pinggir jalan di Ambon, yang menandakan wilayah Kristen. Hiasan salib juga bergantungan di depan rumah.
Di Kei Kecil, saya hanya melihat taman-taman yang dihiasi patung Yesus atau salib di dekat pintu masuk setiap desa. Sementara itu, desa Muslim biasanya hanya ditandai dengan adanya masjid.
9. Listrik terbatas
Begitu sampai di penginapan, saya langsung minta es batu karena kegerahan. Ternyata, pagi itu listrik mati dan beberapa jam kemudian menyala, lalu mati lagi, hidup lagi. Di sepanjang jalan di Kei Kecil juga tidak terdapat tiang lampu. Gelap gulita. Hanya ada cahaya dari rumah-rumah dan toko.
Malamnya kami ingin nongkrong di Jembatan Watdek, penghubung Kei Kecil dan Pulau Dullah di Tual, tetapi urung karena terlalu gelap dan membuat kami ingin membawa kasur. Begitulah kondisi kota-kota di Indonesia Timur, tak perlu heran dan dinikmati saja. Kapan lagi bisa terbebas dari polusi cahaya seperti di kota besar.
10. Jangan lupakan oleh-oleh Enbal dan Kacang Botol
Saat mengunjungi pusat oleh-oleh di Tual pada malam terakhir, ada dua toko yang buka. Di toko pertama saya membeli enbal, kudapan khas Kei yang terbuat dari singkong dan menjadi teman minum kopi atau pengganti nasi jika dimakan dengan masakan kuah ikan. Warnanya putih keruh dan berbentuk persegi panjang. Rasanya unik, agak asam dan hambar. Saya juga membeli enbal yang bertabur kacang, rasanya lebih manis dan bisa langsung dimakan tanpa membuat kopi dahulu.
Di toko seberang terlihat botol-botol hijau, antara botol bir atau kecap, yang bersusun di meja depan. Itu adalah kacang botol, kacang goreng yang dikemas dalam botol bekas, entah bekas bir, kecap, ataupun sirup. Sungguh kreatif, selain ramah lingkungan dengan memanfaatkan barang bekas, biaya produksi tentu lebih hemat.
Jangan takut kelebihan bagasi, kacang botol juga dijual dalam kemasan plastik, tetapi tak berganti nama menjadi kacang plastik. Jadi, jangan heran apabila melihat orang menenggak bir di pinggir jalan di Tual. Mungkin mereka sedang makan kacang.
Tiga hari memang terlalu singkat untuk menjelajahi Kei Kecil, masih begitu banyak tempat yang ingin dituju. Namun, tiga hari cukup membuat saya jatuh hati kepada Kei, kepada tanah kering dan barisan nyiur di pinggir pantai, kepada anak-anak yang selalu tersenyum tulus, membuat saya menemukan satu lagi tempat persinggahan yang akan saya datangi di kemudian hari.
Tulisan ini diikutsertakan dalam rangka blog competition yang diadakan oleh #TravelNBlog dan meraih Juara Harapan.
Apaaa.. Makan kelapa habis 3? :/
iya, muda banget dan manis, kayak makan jelly. ?
Listrik terbatas, wah sama kayak di kampungku 🙂
wah, emang kampungnya di mana? 🙂
aku lemah sama kata – kata pasir pantai sehalus tepung~ mau kesitu juga dong 😀
sehalus bedak aja, biar bisa dipake di muka. *eh* 😛
baca nama tempat2 di sana, ga ngerasa kyk nama tempat2 di Indonesia :D… Dan baru kali ini aku dgr nama daerah Kei 😀 *Malu…
seru bgt bisa prgi bareng2 gitu Ki… ama temen kantor ya? sekainya prgi ama kantor, nth kenapa tempat2 yg slalu mau mrk dtgin pasti yg udh mainstream bgt-bgt -_-.. Ga ada yg kepengin ke tempat kayak Maluku gini… Emg hrs berdua/bertiga bareng suami dan anak 😀
Kepulauan Kei ini memang jauh ke timur banget, deketan sama Papua. tapi wajib dikunjungi, indah banget dan orangnya baik-baik.
ini pergi sama temen jalan dan banyak yg ikutan belum kenal sebelumnya karena diajak sama temen yg lain, tapi seru-seru orangnya! 🙂
Menyenangkan sekali melihat pemandangannya yang indah Mbak, semoga saya bisa ke sana juga. Salam kenal ya 🙂
salam kenal juga. 🙂
senang rasanya kalau bisa membuat orang lain terinspirasi, memang gak rugi deh ke Kei. 🙂
Aaahhhh keren sekali foto-fotonya. Jadi pengen ke sana. Nyobain menghirup udara di sana sedalam-dalamnya.
iya, semoga bisa menyusul ke Kei, ya. indah dan damai banget di sana. 🙂
Hrr… kepulauan ini ga ada habisnya kalo dijelajahi. Lu di sana 3 hari aja ga cukup, apalagi gue yang cuman 2 hari ya?
iya, ini aja baru Kei Keil, belum ke Kei Besar. kudu wajib mesti balik lagi. 🙂
CAKEP BEB!
tapi kamuna combong, hih!
makasih, beb.
oleh-oleh dulu, dong! 😛
Setelah mbaca ini saya jadi semangat lagi buat nabung untuk bisa singgah ke Maluku. Tulisan yang menarik dan menggugah rasa penasaran. 😀
terima kasih, semoga bisa segera menyusul ke Maluku, ya. 🙂
Salam kenal,
Sebagai orang Kei(Kei Besar) sangat bangga dan terima kasih sekali sudah mau datang di Kei dan dipajang di bloknya. Kunjungi juga Kei Besar ya? Kami menunggu. Sekali lagi…terima kasih ya?
salam kenal juga!
saya juga senang bisa berkunjung ke Kei, sayangnya cuma sebentar, berikutnya pasti akan datang ke Kei Besar. 🙂
Wihhh cakep sangat kakkk
iyaaaa, itu foto-foto baru teaser-nya aja, hahaha.
Itu kampung saya belom disebut itu.. Kampung Elaar di Kei Kecil..?? kampung tempat pencetusannya hukum adat di Kepulauan Kei.. Its named Larvul Ngabal..
wah, terima kasih informasinya. waktu itu lewat kampung elaar sepertinya cuma gak keliling. semoga bisa ke sana lagi. ?
Keren kak tulisannya, jadi pengen kesana..
Btw, penginapan monica ini ada nomor telponnya kah?
Kalau penginapan yang lain selain penginapan monica ada apa aja ya kak?
Thank youu
halo,
makasih, ya, udah baca. untuk Penginapan Monica bisa hubungi Mama Tita di 0823-9825-7759.penginapan lain bisa cek Coaster Cottages, tapi saya gak punya kontaknya. semoga cukup membantu. 🙂
Tulisan Yuki lumayan membantu untuk berlibur ke Langgur. sangat sulit menemukan info wisata di kepualauan Kei ini.
Saya berencana ke Langgur bulan Oktober 2015, jika boleh saya mau tanya lebih banyak soal langgur tetapi langsung via email Yuki.
Terima kasih atas balasannya.
boleh, senang kalau bisa membantu.
email aja ke [email protected], ya. ?
Ulasannya bagus, dan inspiratif…. minggu ini juga kami lgsung siap2 rencanakan ke Kei
terima kasih, semoga tripnya lancar dan seruuu! 🙂
Hai, boleh minta itenary kamu dan harga2 penginapan, sewa mobil maupun sewa kapal?
Thankss!
hai dessy,
boleh email aja dulu ke [email protected], ya. ?
Klu sewa perahunya ke siapakah? Ada kontaknya?
Thanks
waktu itu saya sewa perahu minta kontaknya dari penginapan. 🙂
Hii Yukii…rencana saya akan ke Kei bulan November.
Boleh nanya2 semuanya ke Yuki via email di atas kah? tq yaa 🙂
halo widi, boleh boleh silakan aja email ke [email protected], ya. ditunggu. ?
Nice info kaka 🙂
semoga bisa segera kesana
amiiin, ditunggu cerita serunya di sanaaaa. ?
Haiii kaak yuki
Salam kenal ya…Kereeeen ulasan tentang kepulauan kei nya ka..indaah bangeet ya pemandangannya…saya ada rencana thn depan kesana..boleh tanya2 ttg penginapan, sewa perahu dll nya kak yuki? Lewat email kakak?
Terima kasih ya
boleh, silakan email aja, ya. ?
Kak Yuki no HP mama Tita dah gnti baru. Jdi hub mama Tita d 081248814023. Mksi bnyk tuk promonya.
Kk Yuki no HP-nya 4 digit d blkg tuh kbalik. Seharus 081248812043. Mhon maaf utk kekeliruan ini. Kpan balik k Kei ? Villa Monica menanti.
oke, makasih Mama Tita, nanti saya ganti nomornya.
iya, mau sekali balik ke Kei, semoga tahun ini bisa ke sana lagi, ya. ?
sewa mobil di kei berapa? minta contact nya ya
halo Yoga,
waktu itu kalau enggak salah sekitar 400 ribu, dengan Mas Ari di 085344700300. 🙂
Noted mba, tulisannya informatif sekali. Sangat bermanfaat buat traveler yg ingin ke sana..Indah banget ya Kei, semoga bisa kesampaian kesana..thanks mba dan salam kenal 🙂
halo, salam kenal juga.
amin amin, semoga bisa segera menyusul ke Kei, ya. dijamin bakal terpukau. 🙂
Kreen…
Terima kasih sudah memperkenalkan kei.
Salam hormat
halo,
terima kasih juga sudah mampir ke sini. salam kenal. 🙂
hello! saya sangat tertarik dengan blognya, cara penyampaiannya lugas dan cukup lengkap. kebetulan ini kampung halaman saya dan sedikir rekomendasi, jangan lupa juga kalau ke Kei bisa mampir ke pantai Ngur sardaan, (ohoililir) persis sebelum desa ngilngof dan juga ke Pulau Bair (raja ampatnya kei) untuk gambar lebihnya bisa dicek di IG saya @yongkirettob. wiil see you there :))
halo mas, terima kasih sudah mampir ke blog ini dan memberikan komentar.
kalau ke Ngursarnadan saya juga sudah pernah, artikelnya di sini: https://ohelterskelter.com/4-pantai-terindah-di-pulau-kei-kecil/
nah, ke Pulau Bair sayangnya belum sempat, semoga bisa segera kembali ke Kei lagi. 🙂
Nanya dooong.. Berapa kali naik pesawat kalo dari Jkt Sist?.
halo Hari,
dari Jakarta terbang ke Ambon, nah dari Ambon tinggal terbang ke Kei Kecil. 🙂
Halo slaam kenal..
menarik sekali mambaca artikelnya.. kebetulan tahun depan saya ada rencana mo liburan kesana.. btw mau nanya.. kalo disana banyak nyamuk ga? kemudian hasil fotonya bagus bagus bangett.. boleh share pake kamera apa?
Terima kasih
halo Putiarsa,
makasiiih, udah mampir ke blog ini.
kebetulan aku tinggalnya di homestay rumahan gitu yang nyaman banget, dan jendelanya banyak terbuka tapi seingatku enggak ada nyamuk, sih.
kalau kamera waktu itu aku pakai Canon 5D Mark ii. 🙂
Kereen..ayah saya asli dari ngilngof tapi saya ke ngilngof baru 1 kali waktu SD kelas 1..thanks buat tulisan dan foto2nya yak..jadi makin tahu ttg tanah leluhur..semoga ada kesempatan utk ke sana nanti.
iya, sama-sama. semoga bisa segera kesampaian pulang ke kampung orang tuanya, ya.
saya senang banget bisa tinggal dan keliling Ngilngof. 🙂
Wow .. Terima kasih infonya.. Sy dan beberapa teman rencana ke Kei akhir Juni 2017.
Udh gak sabarrrr untuk konsumsi vitamin sea.
Dari photo2nya CetaRrrr bgt pantai2nya ❤❤❤
halo, Inne.
wah, serunya bisa ke Kei, saya aja pengin balik lagi dan eksplor semuanya. semoga jadi perjalanan berkesan yang menyenangkan, ya. 🙂
wah terimakasih untuk infonya,pantainya bagusss
iya, sama-sama, Irma. semoga bisa menyusul ke Kei, ya. 🙂
Wow, good article, seru bacanya plus diisi dengan photo yang bagus focus dan subjectnya cantik :P, oiya pakai kamera / lens apa? mau nanya sewa perahu disana mahal ga sih? search di google banyak yang bilang mahal dan itu bikin urung niat kesana… Salam kenal Ray…kalo mau trip ajak2 biar ada temen. 🙂
halo Ray, terima kasih udah mampir ke blog ini.
kebetulan waktu itu pakai Canon 5D Mark II lensa wide 17-40 mm.
waktu pergi ke sana tahun 2015, sih, sewa perahu sehari sekitar 1 juta untuk hopping island, tapi bisa muat sampai 12 orang satu perahunya. jadi bisa murahlah kalau patungan ramai-ramai. 🙂
WOW.. Pasir putih seja=halus tepung bikin mupeng,,hhe.. Halo, blog’nya sangat informatif sekali. Oh ya, kebetulan ada mau ke Kei minggu depan, mau naya,, kalau mau ke Kei Besar aksesnya bagaimana ya? Apakah harus sewa speed? Dan perjalanannya berapa jam? Terimakasih & Salam Mnaise dari Ambon 🙂
halo Andre,
kebetulan saya cuma ke Kei Kecil, enggak sampai main ke Kei Besar. cuma setahu saya harus naik kapal sih untuk ke sana. 🙂
WOW.. Pasir putih sehalus tepung bikin mupeng,,hhe.. Halo, blog’nya sangat informatif sekali. Oh ya, kebetulan ada mau ke Kei minggu depan, mau naya,, kalau mau ke Kei Besar aksesnya bagaimana ya? Apakah harus sewa speed? Dan perjalanannya berapa jam? Terimakasih & Salam Maise dari Ambon 🙂
Keren infonya, sbgai anak yg besar di Kei senang apabila Pulau Kei nantinya mendunia dan didatangi wisatawan2 lbh banyak lagi
salam ?
halo Drian, terima kasih sudah mampir ke blog ini.
saya senang banget sama Kei, semoga bisa balik ke sana lagi. 🙂
Salam kenal ya,,, Aku putra Asli Kei namun dominsili di Timika-Papua.
I do love you writing!??
Makasih ya udah mampir di Tanat Evav (tanah Kei).
Kamu udah mampir juga di Desa Mamaku yaitu Desa Kelanit.
Dari tulisanmu aku belajar banyak.
halo Putra, salam kenal juga.
terima kasih sudah mampir ke blog ini, saya senang sekali bisa berkunjung ke Kei dan tak sabar semoga bisa balik ke sana lagi. 🙂
akhirnya kesampean juga menginjakkan kaki di Pulau Kei ini awak tokk… sumpah emang di timur itu kece-kece yaa. Sayangnya, rada malesin jalan sama orang pemda, so berangkatnya telat2 mulu jadi ga bisa eksplor lebih banyak
hahaha, kece bangeeett cerah ceria dan lautnyaaa bening.
owalah bareng Pemda toh, kirain jalan kalian-kalian aja jadi lebih bebas.
sabar ya, berarti mesti balik lagilah.
ternyata udah lama kamu ke Pulau Kei. Aku baru tahu pas tripnya Bobby dkk ke sana.. suasananya masih adem banget..
hahaha, iya udah ke sana tahun 2015 dan langsung jatuh cinta sampai sekarang, Kei itu asyik banget, suasananya, orangnya, tempatnya, semuanyaaaa. 🙂
boleh tanya sewa GOpro dimana ya??
btw, good writing jadi mupeng ni mau ke kei
waktu itu teman yang sewa, ada di Benhil. nomornya ini 085719082349, semoga masih nyambung.
iya, Kei memang cakeps bangget! 🙂
Pulau penuh ketenangan dan religius bagiku, senja dan terbitnya matahari.
Seperti secuil surga yang di simpan jauh dari hiruk pikuk manusia
Oh kei, kapan lagi bisa berusua 😀
iyaaa, suka sekali dengan suasana Kei yang tenang dan damai, dan orang-orangnya yang ramai.
aku juga belum sempat kembali lagi, tak sabar…
Yey, baru dengar tentang Pulau Kei. Salam sama burung Camarnya ya kak 😀
hahaha, siaaap. semoga menginspirasi supaya bisa mengeksplor Pulau Kei juga, ya. 🙂
Hi kak. Kemarin trip nya berapa lama kak? Ada yang masih belum kesampeankah? Hihi
halo Windy,
kemarin aku cuma 3 hari dan cuma ke Kei Kecil, jadi belum kesampaian untuk eksplor Kei Besar.
semoga bisa segera balik ke Kei lagi. kamu udah pernah ke Kei? 🙂
Busett kamar mandinya bisa dipake selusin :D…
salam kenal sebelumya…
hahaha, iyaaa kamar mandinya luas banget beneran deh. 😛
Terimah Kasih Sudah Mempromosikan daerah kami , Kalau ke sana lagi Bisa Hubungi saya , ini Nomer Saya 081240208770 / [email protected]. Pasti saya ajak menjelajah adat dna budaya yang ada di kei.
halo mas abri, terima kasih atas tawarannya.
semoga saya bisa segera kembali ke Pulau Kei. 🙂
Wahh keren … pengen ke gua Hawang. Meski Bokap asli kampung Wab, gw baru 2 kali pulang ke Kei, soalnya lahir besar di Sulawesi. Semoga bulan 10 ini bisa pulang lagi ke Kei dan mampir ke gua ini. Terima kasih untuk artikelnya, Salam Kenal..
Waahh keren.. Apalagi gua hawang. Meski Ayahku asli Kei di Kampung Wab, gw baru 2 kali pulang ke kei, soalnya lahir besar dan kerja di sulawesi. Moga bulan Oktober ini bisa pulang ke Kei lagi. Terima kasih artikelnya, Salam kenal…
halo Jamlean,
amin amin, semoga segera kesampaian pulang ke Kei, ya. saya juga pengin banget bisa balik lagi ke Kei. 🙂
I can’t wait my trip to Kei this November, thank you Yuki for your article ?
yes, you’re welcome, May.
enjoy Kei, have fun! 🙂
Hay yuki, thans sudah promoin kmpung halamanku. Infonya menarik skali, dan saya yg sudah sering ke sana gak puas2. Kalo ke sana lagi, datang antara juli hingga september. Tepatnya di ngurtavur, psti ketemu sama ratusan burung pelikan yg brmigrasi dri australia..
halo Ewin,
terima kasih sudah mampir ke blog ini, ya.
betul banget, waktu itu mau ke Ngurtavur tidak jadi karena ombak lagi tinggi sekali.
semoga bisa segera kembali ke Kei dan mampir ke Ngurtavur. 🙂
[…] Via : eddieliku.blogspot.com Photo Via : lionmag.net Photo Via : rancupidtravel.com Photo Via : ohelterskelter.com Categories: Wisata Cagar AlamTags: Wisata Gua […]