Les Jardins de Versailles: Beyond History

Mungkin bukan saya seorang yang memimpikan sebuah rumah dengan halaman yang luas, dengan kebun yang bisa ditanami berbagai bunga dan pohon. Ada banyak orang yang mungkin bercita-cita sama. Raja Louis XIV adalah salah satunya. Selama menduduki takhta tertinggi di Prancis, ia mengabdikan hidupnya untuk membangun taman di Istana Versailles (Château de Versailles).

Pada tahun 1661, Louis XIV memerintahkan pembangunan besar-besaran terhadap taman di istananya. Ia beranggapan bahwa taman itu, yang dibangun bersamaan dengan bangunan istana, memiliki status yang sama penting. Ia mengangkat seorang arsitek lanskap, André Le Nôtre, untuk mewujudkan impiannya. Andaikan saya hidup di zamannya, saya pun rela menjadi tukang kebunnya.*

Bersama Jean-Baptiste Colbert, pemimpin proyek istana raja pada tahun 1664 hingga 1683; Charles Le Brun, pelukis pertama yang ditunjuk raja pada tahun 1664, yang menggambar berbagai patung dan air mancur; dan arsitek Jules Hardouin-Mansart, Le Nôtre memperluas taman istana dan membangun Grand Canal, sebuah kolam megah sepanjang 1.670 meter yang berada di sisi timur istana. Louis XIV pun selalu memantau perkembangan setiap detail rancangan taman yang mereka kerjakan, yang terbagi atas empat tahap pembangunan.

Pada masa raja yang bergelar Louis the Great ini, tercatat banyak air mancur (fontaine) dan taman kecil (bosquet) yang dibangun. Yang paling terkenal adalah Bassin de Latone (Latone Fountain), Bassin d’Apollon (The Apollo Fountain), Bassin de Neptune (The Neptune Fountain), Pièce d’Eau des Suisses (Swiss Ornamental Lake), Bosquet de l’Obélisque (The Obelisk Grove), Bosquet des Trois Fontaines (The Grove of the Three Fountains), Bosquet de l’Arc de Triomphe (The Grove of the Arch de Triumph), dan lain-lain.

Palace of Versailles and the Water Parterres
Salah satu patung karya Charles le Brun di the Water Parterres
Taman ornamental di sekitar Latona Fountain
Pengunjung membaca informasi tentang proyek renovasi Latona Fountain
Grand Canal dilihat dari the Green Carpet, yang merupakan Royal Path atau jalan untuk raja
Merpati hinggap di dinding Istana Versailles

Raja yang juga disebut le Roi-Soleil atau the Sun King ini juga mengilhami berbagai lukisan dan patung yang ada di taman dan Istana Versailles. Lambang matahari dan patung Apollo di sana merupakan penyimbolan diri sang Raja. Wajar saja apabila ia begitu dielu-elukan, Louis XIV adalah raja yang menduduki takhta terlama dalam sejarah kerajaan di Prancis dan Eropa, yaitu 72 tahun 100 hari.

Setelah meninggal pada tahun 1715, kerajaan meninggalkan Istana Versailles. Pembangunan tamannya terbengkalai. Barulah tujuh tahun kemudian, penerusnya Louis XV kembali ke istana dan menyelesaikan pembangunan satu buah air mancur, yaitu The Neptune Fountain. Ia tak ingin memboroskan uang untuk pengembangan bangunan dan taman megah.

Namun, karena kecintaan pada dunia botani, Louis XV membangun les jardins botaniques atau taman botani pada tahun 1750. Seorang ahli taman bernama Claude Richard (1705-1784) ditunjuk untuk proyek itu. Sebelas tahun kemudian, Louis XV menunjuk Ange-Jacques Gabriel untuk membangun Petit Trianon sebagai kediamannya agar bisa lebih dekat dengan tamannya. Di kediaman itu pula, pada tahun 1774, ia meninggal karena cacar air.

Tak lama kemudian, Louis XVI naik takhta di usia kesembilan belas tahun. Sama seperti perilakunya yang terkenal buruk, cita rasa seninya pun kira-kira serupa. Taman bergaya Prancis yang dibangun dengan sepenuh hati oleh Le Nôtre dan Hardouin-Mansart, malah diperintahkan untuk diubah bergaya Inggris. Rencana konyol itu gagal karena topografi taman yang tak mendukung. Hampir saja Louis XIV menangis dalam kubur.

Pun begitu, ia tetap memerintahkan penghancuran pagar taman-taman kecil (bosquet) yang dibangun pada masa the Sun King untuk digantikan dengan pohon jeruk dan pohon kastanye. Selain itu, ia berhasil membangun Grotte des Bains d’Apollon (Grove of Apollo’s Bath). Taman air bergaya Inggris itu—ia tetap konsisten dengan keinginannya—merupakan mahakarya seorang pelukis lanskap terkenal bernama Hubert Robert.

Flora Fountain dengan patung Dewi Flora dari Romawi yang menyimbolkan musim semi
The Enceladus Fountain dengan patung Titan yang tertimpa batu di Bukit Olimpus karena menentang Jupiter
Lorong di The Enceladus Grove yang masih dihiasi mawar merah jambu
Daun maple yang gugur
Daun maple yang gugur
Di jalan menuju istana kediaman Marie-Antoinette
Petit Trianon, kediaman Marie-Antoinette, dilihat dari luar
Petit Trianon, kediaman Marie-Antoinette, dilihat dari luar
Salah satu kafetaria yang berada di taman Versailles
Di depan the Apollo Fountain dengan patung Apollo yang menyimbolkan Louis XIV
Tiket masuk Istana Versailles, termasuk tamannya
Antrean masuk ke komplek Istana Versailles

Dari Louis XIV hingga Louis XVI, hingga Napoleon mengambil alih Versailles dan Revolusi Prancis berkobar, taman Versailles terus mengalami perubahan melampaui sejarah. Butuh waktu empat puluh tahun hingga kita dapat menikmati keindahannya saat ini. Seperti saat musim gugur lalu saya berjalan-jalan di taman labirinnya.

Tak heran, taman Istana Versailles atau les Jardins de Versailles yang memiliki luas 800 hektar ini pun menjadi salah satu taman terluas dan tercantik di dunia. Pada tahun 1979, taman beserta Istana Versailles tercatat dalam daftar World Heritage Site UNESCO.

Menyusuri taman-taman Versailles bagaikan mereka ulang kembali masa lalu pembangunannya. Ketika ia diciptakan, dihancurkan, diubah, dan dibangun lagi. Taman-taman ini adalah saksi bisu sejarah. Ketika pergantian kekuasaan secara langsung berdampak pada nasib mereka.

Lukisan Louis XIV di Istana Versailles
Latona Fountain yang sedang direnovasi dan Grand Canal (ujung), bagian utama taman Versailles

Walaupun lelah karena berjalan kaki hingga tiga jam lebih, dan angin dingin senantiasa membuat gigil, masih banyak bagian taman lainnya yang belum terjamah. Untunglah saya mengikuti saran agen penjual tiket masuk di depan Stasiun Versailles Rive Gauche untuk mengunjungi taman lebih dulu karena biasanya tidak antre. Setelah agak sore, barulah ke istana utama saat antrean sepi.

Sore itu rintik hujan kembali turun. Dari kejauhan saya melihat taman Versailles, yang bernuansa kecokelatan, bagaikan sebuah film drama yang terlalu sendu. Yang membuat kita rawan hati, tapi tak rela untuk meninggalkannya.

 

*Tontonlah film A Little Chaos yang dibintangi oleh Kate Winslet, yang berperan sebagai ahli kebun dalam pembangunan taman Versailles di era Louis XIV.

a travel writer and blogger who have a big passion for writing and editing, social media, and photography.

Related Posts

7 Responses
  1. wuahhh, masa bertakhtanya lebih lama dr Soeharto 😀

    Paling suka bgt kalo ngeliat taman dgn patung2 gini…..apalagi yg dibangun dgn ukuran besar. seperti belajar sejarah melalui sosok patung… 🙂

      1. Itu artinya harus ke sana lagi, mbak. Biasanya kalau banyak yg tidak kita foto dan hanya kita nikmati, itu menandakan kita akan mengunjunginya lagi jika kangen tempat tersebut. 😀

Leave a Reply