Yuk, Bersepeda di Jepang!

Banyak hal menarik yang saya temukan saat solo traveling ke Jepang. Salah satunya, ya, tentang bersepeda di Jepang. Pertama kali menginjak Kyoto, saya sangat terpesona dengan nuansa kotanya yang vintage. Bangunan tua khas Jepang, rumah-rumah bertirai bambu dan berdinding kayu, mobil taksi yang rasanya sudah dipakai dari seabad yang lalu, sepeda yang berseliweran di mana-mana, dan para lansia yang asyik berjalan kaki. Orang lanjut usia di Jepang memang terkenal lebih sehat dibandingkan Negara lain, apalagi Indonesia, mungkin karena pola makan mereka yang sehat dan rajin olahraga atau jalan kaki. Jadi, jangan heran kalau melihat rombongan nenek-nenek hendak trekking ke Gunung Fuji. Saya kagum melihatnya.

Masyarakat di Kyoto memang banyak yang bersepeda, mulai dari anak TK sampai kakek-nenek. Saya pernah melihat dua anak SD bersepeda menyeberangi jalan saat lampu merah. Kaki mereka bahkan belum sampai menyentuh tanah, tapi mereka sudah lancar (dan berani) bersepeda.

bersepeda di jepang
Sepeda di depan rumah khas Jepang di Kyoto

Salah satu alasan masyarakat Jepang menggunakan sepeda adalah keterbatasan lahan, misalnya untuk garasi. Rumah di sana rata-rata cukup kecil dan hanya memiliki sedikit ruang untuk garasi kendaraan. Ya, kecuali orang kaya yang rumahnya bergaya vila, pasti punya garasi besar. Selain itu, biaya parkir mobil di Jepang bisa dikategorikan mahal. Kalau tidak salah bisa sampai seratus ribu rupiah per hari. Jadi, lebih praktis naik sepeda, bukan? Cepat dan murah!

Jadi, kalau ingin berjalan-jalan ke Jepang, lebih baik pertimbangkan untuk menyewa sepeda. Dengan bersepeda, kita bisa menghemat pengeluaran dan bebas menjelajahi tempat yang diinginkan. Kita bisa menyusuri jalan-jalan tersembunyi dan merasa lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat sekitar. Ya, kalaupun tidak bisa naik sepeda, kalian bisa membeli tiket bus one day pass seharga 500 yen (sekitar 50 ribu rupiah) yang bisa digunakan selama satu hari untuk berkeliling Kyoto. Tapi, ada beberapa tujuan yang mengharuskan kita menambah ongkos 100-220 yen, misalnya kalau naik dari wilayah selatan Kyoto menuju utara Kyoto yang berjarak sekitar 1 jam. Karena jaraknya jauh, ongkos pun bertambah.

Sayangnya, sejauh mata memandang, belum ada lajur khusus sepeda di Kyoto, begitu pula Osaka. Jadi, orang Jepang bersepeda di jalur pejalan kaki alias trotoar. Jangan kaget kalau lagi asyik berjalan tiba-tiba kring-kring…. ada sepeda di belakang kita. Yang penting kita waspada dan siap-siap menyingkir.

bersepeda di jepang
Mesin pembayaran parkir sepeda di Osaka
bersepeda di jepang
Turis asing bersepeda santai di Kyoto
bersepeda di jepang
ASO naik sepeda full make-up

Selain di Kyoto, Osaka juga merupakan Kota Sepeda. Bahkan, saya melihat lebih banyak orang  yang bersepeda di Osaka daripada Kyoto. ASO (Anak Sepeda Osaka) biasanya adalah anak muda Osaka yang bersepeda dengan penampilan yang kece. Siap mengayuh dengan high heels dan sun glasses mereka di musim semi. Sepedanya memang keren-keren dan kelihatan sangat aman. Ada sepeda mini dengan bangku penumpang (kalau untuk anak biasanya dilengkapi safety belt) dan keranjang di depan. Ada juga sepeda ala-ala BMX. Waktu saya lihat iklan di sebuah gedung, sepeda mini itu berkisar lima juta rupiah. Tenang saja, kalau ingin menyewa sepeda biasanya tersedia di hostel. Cari tahu saja sebelum memesan penginapan kalian.

Melihat serunya orang Jepang bersepeda, saya jadi teringat keadaan di Jakarta. Di Jepang memang kondisinya sangat nyaman dan aman untuk pesepeda, tidak banyak polusi udara seperti di sini. Orang Jepang memang terkenal sangat teratur dan patuh pada peraturan. Di sana tidak ada pedagang kaki lima yang memanfaatkan jalur pejalan kaki, tidak ada pula motor yang seenaknya menyerobot trotoar. Kapan, ya, Jakarta seperti itu?

bersepeda di jepang
Sepeda mini di Osaka. Keren, kan?
bersepeda di jepang
Saya mau sepeda Fiona ini!
bersepeda di jepang
Parkiran sepeda ada di setiap sudut Osaka
bersepeda di jepang
Parkiran sepeda di pusat perbelanjaan di Osaka
bersepeda di jepang
Bersepeda sambil bergosip?

a travel writer and blogger who have a big passion for writing and editing, social media, and photography.

Related Posts