Amaragita: Ketika Batik Bertemu Robot

Mungkin membaca judul di atas membuat kawan sekalian merasa janggal, tapi itulah yang dilakukan oleh Mita, empunya Amaragita, dalam pagelaran busana perdananya beberapa waktu lalu. Pagelaran itu menjadi penutup hari kedua pameran fashion lokal yang berlangsung di Jakarta Covention Center Senayan, Folk ‘n Vogue 2016 100% Indonesia.

Ini pameran yang baru saya dengar, biasanya yang akrab di telinga adalah INACRAFT. Namun, pameran busana dan kain dari seluruh Nusantara ini mirip-miriplah dengan yang saya sebut pertama. Dan, seperti pada umumnya, batik mendominasi pameran yang berlangsung selama tiga hari ini.

Saya sudah cukup sering mengamati merek-merek batik yang hadir, beberapa pernah saya kunjungi di galeri asalnya. Nah, untunglah saya punya alasan baru untuk bermalam minggu di JCC. Batik Amaragita mengundang saya dan beberapa kawan blogger untuk menyaksikan gelaran tiga puluh koleksi terbarunya dalam peragaan busana bertajuk “Homecoming.”

Kenapa “Homecoming”? Bukankah batik ini sudah berdiri dari tahun 2010 silam? Memang benar, tapi selama beberapa tahun ini Batik Amaragita vakum karena desainer sekaligus pemiliknya, Mita, melanjutkan kuliah fashion design di New York.

Ia kembali untuk menunjukkan wajah baru Amaragita. Berlatar pendidikan desain grafis dan karena kecintaan terhadap anime, Mita menciptakan terobosan baru dalam desain batiknya selama ini. Dengan modal nekat karena cuma punya waktu satu setengah bulan, ia berhasil bereksperimen dengan rancangan batik yang sangat unik. Ia berani memadukan batik dengan denim, tak hanya sutra. Kalaupun memakai sutra, warna yang dipilih bernuansa metalik–yang sekarang memang sedang tren.

Karena itulah saya melihat ada semacam robot perak di booth Amaragita.

amaragita-ohelterskelter.com
Robot beraksi
Motif kawung pada terusan denim (kiri) dan robot pada bomber jacket (kanan)
Nuansa modern dengan warna abu metalik
amaragita-ohelterskelter.com
Batik dipadu denim
Motif kawung pada terusan denim (kiri) dan robot pada bomber jacket (kanan)
Kawung bertemu Robot
amaragita-ohelterskelter.com
Motif kawung pada terusan denim (kiri) dan robot pada bomber jacket (kanan)
Motif kawung pada terusan denim (kiri) dan robot pada bomber jacket (kanan)
Mba Mita
Motif kawung pada terusan denim (kiri) dan robot pada bomber jacket (kanan)
Mencoba rompi batik Amaragita

Pada pagelarannya, beberapa model pria berdandan ala robot maju ke depan untuk membuka acara. Saya sempat bertanya alasan pemilihan robot sebagai tema rancangan terbaru Amaragita. Jawabnya simpel, “karena baru-baru ini sedang heboh Star Wars.”

Namun, saya rasa bukan hanya itu. Mita ingin menunjukkan bahwa ia bisa saja melanggar pakem yang ada—kalaupun memang ada. Batik yang selama ini dikenal formal dan, seringnya, kuno, ternyata sangat bisa dipadukan dengan hal yang modern. Robot. Ya, kenapa tidak? Apalagi kita tahu, fashion batik tak hanya dinikmati ibu-ibu bersanggul tinggi.

Anak-anak muda ingin yang beda. Anak muda bisa berkarya. Karena itulah, delapan puluh persen pekerja di workshop Amaragita di Bintaro merupakan anak muda dari lingkungan sekitar. Mungkin terdengar klise, tapi Mita ingin meningkatkan ekonomi warga yang berada di dekatnya, ketimbang memboyong pengrajin batik dari luar daerah. Selain itu, ia juga menerapkan sustainable fashion, hal yang dipelajarinya dari kampusnya. Saat ini ia membangun tempat penampungan dan pengolahan limbah dari proses membatik yang ia lakukan agar tidak merusak lingkungan.

Saya tentunya sangat mendukung generasi muda yang ingin kreatif, apalagi karyanya itu memperkaya khazanah fashion lokal. Bukankah begitu?

amaragita-ohelterskelter.com
Bersama Mba Mita dan kawan-kawan blogger

P.S. Buat yang penasaran dengan koleksi busana batik di atas, tunggulah rilisnya pada bulan Desember nanti. Dapatkan update-nya dari media sosial Amaragita.

Amaragita

Laman: www.amaragita.com, Facebook: amaragita.batik, Instagram: @amaragita, Twitter: @amaragita_

Photos: @tamagraph