Amita Thai Cooking Class, Masak-masak Seru di Bangkok

Sebagai penggemar kuliner Thailand, tentu saja saya bersuka cita saat diajak mengikuti kelas memasak di Bangkok. Women’s Journey yang diprakarsai Wisata Thailand ini paham banget kesenangan perempuan. Ya, kalaupun belum atau tidak hobi memasak, dengan mengikuti kegiatan di Amita Thai Cooking Class, mungkin saja berubah pikiran.

Apalagi, kelas memasak ini dirancang oleh Amita Thai Cooking Class yang sudah berpengalaman selama bertahun-tahun mengajarkan teknik memasak kuliner Thailand yang mudah dan praktis. Berada di tepi Sungai Chao Phraya, Amita dapat dicapai sekitar empat puluh menit dengan perahu dari pusat kota. Dan jangan kaget saat melihat keasrian kebun yang dipenuhi pohon mangga dan tanaman rempah-rempah menyambut kita begitu melangkah.

ohelterskelter.com amita thai cooking class
Asisten nakhoda.
ohelterskelter.com amita thai cooking class
Selamat datang di Amita Thai Cooking Class!
ohelterskelter.com amita thai cooking class
Celemeknya bergambar Tam.
ohelterskelter.com amita thai cooking class
Tam memulai kelas dengan menjelaskan resep.

Pemilik Amita Thai Cooking Class, sekaligus koki andalan, adalah Tam Piyawadi Jantrupon. Dan rumah yang dijadikan sekolah masaknya ini sudah ditempati oleh tiga generasi. Tam yang centil menyambut kami di gazebo yang bernuansa klasik dan feminin, menghadap sungai. Di tengahnya meja besar sudah ditata rapi dengan celemek dan kartu untuk menulis nama, juga segelas teh serai yang menyegarkan.

Tam sudah terbiasa menyambut murid di kelasnya, dengan bahasa Inggris lancar dan pembawaan menarik, ia mengajak saya dan kawan-kawan berkenalan dengan peliharaannya, si burung beo bernama Bezo dan ayam kate bernama Iyuk. Bezo tak hentinya menirukan perkataan tuannya, bersahut-sahutan saling meledek.

Ketika dua murid asal Jerman tiba, kelas memasak di Amita pun resmi dimulai.

Pertama-tama, kami diajak berkeliling kebun untuk mengenal tumbuhan yang menjadi bahan dasar masakan Thailand. Dan juga masakan Asia secara umum, hampir semuanya saya kenal karena digunakan juga dalam masakan Indonesia. Sebut saja daun kemangi, jahe, kunyit, jeruk purut, lada, ketumbar, dan sebagainya. Bagi murid Jerman, mungkin ini pembukaan yang bagus karena diajak mengenali bentuk dan aroma tiap rempah-rempah. Walaupun bertongkat, Tam menyusuri kebun penuh semangat sambil menjelaskan bahwa bumbu dapurnya berasal dari kebun tak terlalu besar itu.

Setelah puas meremas dedaunan dan menghirup aroma mentol, semua murid diajak menuju ruangan tak berdinding yang menjadi tempat praktik memasak. Di depan terdapat sebuah meja besar dengan beragam rempah tergantung pada dinding pembatas kayu, sementara di tengah ruangan terbagi menjadi dua sisi dengan kompor berjajar. Wah, benar-benar tempat memasak yang menyenangkan!

ohelterskelter.com amita thai cooking class
Tam dan cabe rawit.
ohelterskelter.com amita thai cooking class
Daun kemangi.
ohelterskelter.com amita thai cooking class
Kebun Tam.
ohelterskelter.com amita thai cooking class
Tempat praktik memasak.

Menu yang dipelajari hari itu ada empat, yaitu Thai Chicken Satay, Khao Man Som Tum (Green Papaya Salad), Khang Keaw Wan Gai (Green Chicken Curry), dan Khao Niew Ma Muang (Mango Sticky Rice) sebagai penutup. Siapa coba yang tak suka ketan mangga khas Thailand?

Tadinya saya mengira kami akan langsung praktik memasak dengan resep yang diberikan oleh Tam. Tidak, ternyata Tam melakukan demo memasak terlebih dulu, dengan murid menonton dan boleh mencicipi hasilnya. Semua bahan disiapkan dengan rapi, dan tangan terampil Tam memadukan semuanya. Dibantu asistennya, empat masakan khas Thailand dihidangkan dengan cantik.

Kami pun heboh memotret tiap kali masakan disajikan, juga saat melihat ekspresi dan gaya bicara Tam  yang lucu. Kalau dilihat-lihat, semua makanan yang dimasak hari itu cukup mudah dan tak makan waktu, seperti sate ayam yang simpel–walaupun bumbunya kemanisan bagi saya. Sementara, untuk masakan kari menggunakan bumbu kemasan yang dapat dibeli di toko. Salad pepaya juga amat mudah dibuat, tinggal mengiris pepaya muda dan menumbuk bumbunya.

ohelterskelter.com amita thai cooking class
Menu pertama Sticky Mango Rice.
ohelterskelter.com amita thai cooking class
Bahan-bahan Green Papaya Salad.
ohelterskelter.com amita thai cooking class
Rasanya gurih menyegarkan.
ohelterskelter.com amita thai cooking class
Ayam diolesi santan saat dibakar.
ohelterskelter.com amita thai cooking class
Siap disantap.
ohelterskelter.com amita thai cooking class
Green Chicken Curry nan sedap.

Demo memasak ini cukup lama dan membuat perut bergemuruh; mungkin sekitar dua jam lebih. Saya sudah tak sabar untuk makan siang ketika asisten Tam mulai menyiapkan bahan-bahan di meja di samping semua kompor yang berbaris di tengah ruangan. Wah, kami juga kebagian praktik masak, toh!

Saya mengira hari itu cuma akan melihat demo memasak dan praktik sendiri di rumah dengan resep rahasia yang sempat diberikan oleh Tam–yang saya lupa sekarang apa tepatnya. Lantas kami memilih tempat masing-masing dan beberapa asisten berdiri di hadapan.

Praktik memasak ini agak di luar dugaan saya karena terlalu buru-buru; kami memasak empat menu tak sampai tiga puluh menit. Semua bahan dan bumbu sudah tersedia di meja, tinggal tumbuk atau tuang ke kuali dan tumis dan tunggu mendidih. Apalagi, asistennya mendominasi dengan menuangkan bahan ke sana-sini; panduan yang berlebihan karena sebenarnya saya juga tahu langkah demi langkah.

Mungkin ini masalah durasi waktu yang sudah terlalu panjang dan memang perut sudah minta diisi sedari tadi, jadi saya nikmati saja kelas memasak siang itu. Apalagi, hasil masakannya bisa ditebak, takkan salah karena bumbunya sudah ditakar oleh Tam. Untungnya di akhir kelas Tam juga memberikan amplop berisi resep hari itu sehingga bisa dipraktikkan lagi di rumah.

ohelterskelter.com amita thai cooking class
Gaya Tam yang centil.
ohelterskelter.com amita thai cooking class
Chef Yuki dan masakannya.
ohelterskelter.com amita thai cooking class
Beb Satya si tukang makan.
ohelterskelter.com amita thai cooking class
Penutup makan idaman semua orang.

Sambil menunggu sate ayam dibakar, saya dan kawan-kawan kembali duduk manis di gazebo; dengan masakan masing-masing terhidang. Kami pun heboh saling icip masakan bikinan masing-masing, ternyata rasanya ada yang berbeda. Ya, karena ada juga yang mengurangi gula–saya misalnya, atau garam, atau menumisnya kurang lama.

Siang itu ditutup dengan manis dan perut kenyang; semanis senyum Tam saat menutup kelas memasak. Sambil menyendok ketan dan mangga, kami berbincang tentang kuliner Thailand apa lagi yang harus kami santap untuk sore dan malam harinya…

Ya, kami memang selalu lapar.

Terima kasih Amita Thai Cooking Class, semoga sehat selalu Tam dan tetap lincah di dapur!

ohelterskelter.com amita thai cooking class
Sampai jumpa lagi!