Saat bus putih bercorak merah jambu yang menampung belasan orang meluncur ke wilayah Klaten, matahari sedang riang-riangnya. Saya melirik tas gendong di bangku sebelah, satu set pakaian ganti terlipat rapi di dalam, begitu pula sandal jepit. Hari ini akan jadi hari yang penuh peluh, mungkin pula kuyup.Â
Satu jam kemudian, bus berhenti di sebuah tanah lapang berumput kering. Kawan-kawan Explore Indonesia 2 dan tim Airport.id bergantian turun. Menyusuri jalan setapak di antara ilalang sepantaran bahu hingga tiba di sebuah balai yang didirikan oleh perusahaan air mineral yang memiliki pabrik di sana, yaitu Aqua. Program ini sudah saya dengar sejak awal perjalanan. Bahwa kami akan diajak melihat kampanye #AquaLestari di Klaten. Tepatnya di Desa Polan, Kecamatan Polanharjo.
Seperti yang disampaikan oleh Gilang dari #Aqua Lestari, ada lima program yang dilakukan #AquaLestari untuk Desa Polan. Pertama Program Konservasi, kedua Akses Air Bersih dan Penyehatan Lingkungan, disusul Pengembangan Ekonomi Kemasyarakatan, Infrastruktur, dan tak ketinggalan Agama dan Budaya.Â
Implementasi program yang terlihat jelas adalah yang kedua. Desa Polan menjadi Model Desa Konservasi, yaitu percontohan bagi desa-desa lain di sekitar dalam mengembangkan berbagai kegiatan yang bertujuan memberdayakan warga dalam aspek lingkungan dan sosial. Â
Dalam hal lingkungan, #AquaLestari berhasil mengajak warga desa untuk menyadari pentingnya Akses Air Bersih. Dimulai dengan memberikan pemahaman akan pentingnya sistem penanaman pohon dan tanaman kebun yang benar, yang diharapkan tak merusak siklus air. Hal ini kemudian juga berkaitan langsung dengan manajemen sampah. Sampah yang dibuang sembarangan tentunya akan mencemari lingkungan, apalagi jika dilemparkan langsung ke sungai, salah satu sumber air bersih warga.
Berkaitan dengan penanaman yang benar, warga diajarkan untuk tidak menggunakan pestisida atau bahan kimia lainnya untuk menghentikan serangan hama. Ini adalah salah satu pencemar lingkungan. Di Desa Polan, serangan hama tikus diatasi dengan bantuan burung hantu. Ya, burung hantu. Hewan yang banyak tinggal di sekitar desa ini ditangkarkan untuk dijadikan pemangsa tikus.Â
Di beberapa lokasi, di atas pohon, dibuatkan kandang burung sebagai persinggahan burung hantu. Biasanya saat tikus menyerang, beberapa burung hantu yang ditangkarkan akan dilepas Kemudian, mereka bebas untuk mencari mangsa dan bersarang di kandang yang tersedia. Benar-benar cara yang unik, bukan? Memanfaatkan rantai makanan alami untuk kepentingan alam pula.
Sementara, untuk masalah sampah, warga diajak bergotong-royong membersihkan sampah yang ada di Sungai Pusur. Program yang awalnya merupakan usaha menjaga lingkungan ini berkembang menjadi peluang wisata. Media ban yang digunakan warga untuk tubing di Sungai Pusur sambil memunguti sampah menjadi alternatif wisata yang menarik di Klaten. Kini, ada rute pendek dan rute jauh yang dapat dicoba pengunjung yang ingin menjajal keasyikan river tubing.Â
Asyiknya, saat memulai tubing, hujan sedang deras-derasnya, menambah semangat saya dan kawan-kawan sore itu. Kami sudah kuyup bahkan sebelum terjun ke sungai. Sekitar satu jam berlalu dengan menyenangkan, melewati beberapa riam yang kadang mudah kadang sulit dan membuat ban tersangkut. Kawan saya, Indah, bahkan terguling dari ban beberapa kali. Sungguh, siapa sangka gagasan membersihkan sampah di sungai dapat menjadi tualang adrenalin yang mengundang teriakan dan tawa.
Perjalanan #EIJogja16 ini disponsori oleh Aqua Lestari dan didukung oleh Greenhost Boutique Hotel, Jogja Bay, dan lain-lain.