Eksotisme Sumbawa

Ia sering kali disalahartikan sebagai Sumba, pulau yang terkenal dengan padang rumput dan kuda-kuda perkasa. Padahal keduanya sungguh berjauhan, antara Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Itulah Sumbawa. Pulau yang merahimi Gunung Tambora yang letusannya memadamkan langit Eropa ratusan tahun silam.

Sumbawa memiliki bentang alam perpaduan Lombok dan Sumba, yakni barisan pantai di tepi tebing, padang rumput serta bukit cokelat di kala kemarau. Untuk ke sana, kita bisa memilih mendarat melalui Bandara Sultan Muhammad Kaharuddin III di Sumbawa Besar atau Sultan Muhammad Salahuddin di Bima. Sebagai pencinta laut, saya memilih terbang ke Sumbawa Besar, dengan perhentian sementara di Bandara Internasional Lombok.

Sumbawa Besar yang merupakan Ibu Kota Kabupaten Sumbawa, terlihat sepi dan tenang. Ini kali kedua saya mengunjungi pulau dengan Gunung Tambora yang letusannya memadamkan langit Eropa ratusan tahun silam. Bersemboyan Sabalong Samalewa–pembangunan fisik dan mental yang seimbang, Sumbawa menawan hati wisatawan dengan keindahan laut alami, belum banyak terjamah tangan usil manusia.

ohelterskelter.com pulau moyo
Nelayan memancing ikan marlin di Teluk Saleh.

Menuju Pulau Moyo

ohelterskelter.com pulau moyo
Perahu umum di Pulau Moyo.

Pulau yang juga disebut Mojo ini memiliki pesona dunia bawah laut yang luar biasa. Aneka jenis satwa mulai dari penyu, pari, hiu, barakuda, napoleon, serta terumbu karang aneka warna bisa kita temukan di sana. Tak heran jika tempat ini menjadi titik penyelaman populer, yang menyebar di seantero Teluk Saleh.

Nama Moyo melesat semenjak tokoh-tokoh dunia memilihnya sebagai destinasi liburan. Putri Diana mengunjungi tempat ini pada 1993. Belum lama, pasangan artis Korea, Rain dan Kim Tae Hee, berbulan madu di sana. Kunjungan pemain bola asal Belanda, Edwin van der Sar; musikus Inggris, Mick Jagger; dan atlet tenis Rusia, Maria Sharapova, makin menguatkan kesan istimewa pulau ini.

Muara Kali dan Labuhan Badas, dua pelabuhan di Sumbawa Besar, adalah gerbang menuju Pulau Moyo. Di Muara Kali terdapat perahu motor umum yang menjadi transportasi utama menuju pemukiman utama di Moyo, Dusun Labuhan Aji, dengan waktu perjalanan kurang lebih dua jam tiga puluh menit. Jika ingin berkeliling di Teluk Saleh, kita bisa menyewa perahu, dengan atau tanpa menginap di Moyo.

Saya memilih perahu umum karena senang mengamati kegiatan warga. Sambil menikmati pemandangan sepanjang perjalanan saya mendengarkan obrolan mereka. Ada yang kembali dari kota usai berbelanja kebutuhan rumah tangga, beberapa pulang dari klinik, ada pula yang beradu pendapat.

ohelterskelter.com pulau moyo
Perahu umum yang sederhana.
ohelterskelter.com pulau moyo
Suasana di perahu.

Menginap di Dusun Labuhan Aji

ohelterskelter.com pulau moyo
Dusun Labuhan Aji.

Dusun yang berada di tepi pantai ini tak terlalu besar, dengan jalan bersemen yang sebagian sudah tanggal dan barisan rumah panggung. Kambing peliharaan warga berkeliaran di antara perahu nelayan di pesisir pantai. Saya bertemu sang Kepala Desa, Bapak Suhardi, yang bercerita tentang kesahajaan dan filosofi kehidupan masyarakat setempat.

Jalan di desa ini kecil dan tak beraspal. Kendaraan bermotor yang dapat melintas hanya sepeda motor, yang biasanya tanpa pelat karena hanya dipakai di dalam pulau. Motor-motor inilah yang saya tumpangi untuk mengunjungi berbagai destinasi menarik di Moyo. Terdapat tiga penginapan di pulau ini: berlokasi di depan dermaga; di belokan kanan dari dermaga; dan yang terbaru, cottage di pinggir pantai yang berada di sisi kiri dermaga. Saya memilih menginap di rumah panggung di belokan kanan dermaga. Masakan si empunya rumah sungguh cocok di lidah saya, membuat kunjungan ke desa ini menjadi lebih menyenangkan.

Tinggal dua malam di Labuhan Aji membuat saya melupakan sejenak hiruk pikuk perkotaan. Saya sungguh menikmati malam-malam tenang dengan pemandangan langit bertabur bintang. Sesekali terdengar denting samar lonceng sapi di kejauhan. Listrik yang hanya menyala 12 jam, sejak pukul enam sore hingga enam pagi serta sinyal buruk seluler menjadikan Moyo destinasi liburan yang sempurna.

ohelterskelter.com pulau moyo
Rumah panggung di Labuhan Aji.
ohelterskelter.com pulau moyo
Anak Labuhan Aji bermain di pantai.
ohelterskelter.com pulau moyo
Bersantai.

Air Terjun Mata Jitu

Dari Labuhan Aji, saya naik ojek menuju Air Terjun Diwu Mbai. Berjarak kurang lebih tiga kilometer, hanya butuh lima belas menit ke sana. Air terjun kecil dengan kolam yang jernih alami ini menjadi tempat bersantai warga sekitar.

Terdapat seutas tali yang menggantung di sebuah pohon di pinggir kolam. Rupanya anak-anak menggunakan tali untuk berayun sebelum terjun ke tengah kolam. Saya tak berani mencoba karena jarak tali ke kolam di bawah air terjun terlihat cukup jauh. Namun, melihat aksi anak-anak yang mengayun lalu berlompatan ke air membuat hati ikut riang. Air terjun ini ibarat taman bermain yang menyediakan fasilitas alami dan di mata saya justru lebih menarik dibanding wahana air di perkotaan.

ohelterskelter.com pulau moyo
Warga bermain di Air Terjun Diwu Mbai.
ohelterskelter.com pulau moyo
Indahnya Air Terjun Mata Jitu.

Selain Diwu Mbai, terdapat air terjun lain yang lebih memesona, terletak di Dusun Brang Kua. Berjarak sekitar sepuluh kilometer dari Labuhan Aji, tukang ojek siap mengantar pergi-pulang dengan biaya tujuh puluh lima ribu rupiah. Hari itu pemilik penginapan berbaik hati meminjamkan sepeda motornya, saya pun menyusuri tanah berbatu di sepanjang jalan. Debu tebal berkepul membuat saya terbatuk.

Setelah tiga puluh menit motor terantuk-antuk tibalah saya di pintu masuk Taman Buru Pulau Moyo, yang merupakan lokasi Air Terjun Mata Jitu. Termasuk dalam wilayah konservasi, taman ini memiliki ragam flora dan fauna, di antaranya rusa, banteng, babi hutan, kera ekor panjang, landak dan aneka jenis burung. Dari tempat parkir motor, saya berjalan beberapa ratus meter menuju Air Terjun Mata Jitu. Dari atas terlihat pemandangan sekitar air terjun yang mengagumkan, saya tak sabar ingin turun. Rintangan pertama adalah jembatan yang terbuat dari bilah pohon yang dipagari oleh ranting.

Saya terpaku saat tiba di air terjun yang berjulukan Queen Waterfall ini. Nama tersebut disematkan karena tempat ini pernah didatangi Putri Diana. Air terjunnya tak terlalu tinggi, tetapi di bawahnya terdapat tujuh kolam yang terbentuk alami seperti terasering karena adanya endapan kapur. Airnya jernih, berwarna pirus karena pantulan alga di dasar kolam. Tanpa ragu saya melompat ke kolam. Dinginnya air membuat tubuh menggigil namun kesegarannya membuat saya tak ingin beranjak.

ohelterskelter.com pulau moyo
Bagaikan kolam pribadi.

Takat Sagele

ohelterskelter.com pulau moyo
Langsung pengin terjun.

Destinasi lain yang tak kalah menarik, Takat Sagele atau gusung yang menjadi lokasi penyelaman dan snorkeling populer di Pulau Moyo. Gusung ini terbentuk dari timbunan karang mati yang hancur hingga sehalus pasir akibat pengeboman liar. Di masa lalu banyak nelayan mengebom karang-karang di dasar laut demi mendapatkan ikan berlimpah dalam waktu singkat. Alhasil, pecahan-pecahan tersebut menumpuk di satu tempat karena terbawa arus. Untunglah kini pengeboman tak lagi dilakukan dan memang ada aturan tegas yang melarang siapa pun melakukan hal tersebut.

Lokasi Takat Sagele tak jauh dari lepas pantai Dusun Labuhan Aji, bisa ditempuh dengan perahu selama kurang-lebih dua puluh menit. Gusung ini tak selalu terlihat dan biasanya muncul saat air laut surut di sore hari. Karena muncul jelang senja, Takat Sagele menjadi lokasi menyaksikan matahari terbenam yang cantik. Usai puas menyusuri terumbu karang dengan ikan segala warna, nikmatilah hangatnya air laut sambil menyaksikan langit menjingga.

ohelterskelter.com pulau moyo
Jelang senja di Takat Sagele.

5 Senses – Sight | Pulau Satonda

ohelterskelter.com pulau moyo
Danau di tengah Pulau Satonda. (credit @wiranurmansyah).

Dilihat dari udara, tempat ini sangat unik karena berupa kolam besar dengan dataran tinggi mengelilinginya. Pulau Satonda awalnya merupakan daratan berkaldera yang terbentuk dari letusan gunung api di dasar laut jutaan tahun silam. Danau air asin di tengahnya muncul akibat tsunami yang merupakan efek letusan Gunung Tambora pada 1815. Panorama alam dan keindahan dunia bawah lautnya membuat para wisatawan selalu ingin kembali ke sana.

5 Senses – Sight | Sunset di Crocodile’s Head

ohelterskelter.com pulau moyo
Senja berawan dari puncak Crocodile’s Head.

Crocodile’s Head adalah sebuah tebing berbentuk kepala buaya yang berada dalam wilayah Amanwana Resort—terlihat pondok-pondok di pinggir pantai dan kapal-kapal bersandar. Di puncak tebing terdapat meja dan kursi kayu, tempat bersantai menikmati matahari tenggelam dan seakan mengubah warna lautan menjadi keemasan.

5 Senses – Taste | Singang

ohelterskelter.com pulau moyo
Singang khas Sumbawa.

Singang adalah sup ikan kuning khas Sumbawa yang memiliki cita rasa asam menyegarkan dengan tambahan daun kemangi dan cabai merah atau rawit. Ikan yang digunakan bervariasi. Biasanya Singang disajikan dengan nasi hangat dan sambal serta banyak dijual di rumah makan.

ohelterskelter.com pulau moyo
Senja di Pulau Moyo.

Tulisan ini dimuat dalam Colours Middle East – the magazine of Garuda Indonesia edisi Desember/Januari 2018.