Bertepatan dengan bulan Alzheimer sedunia—hari Alzheimer diperingati pada tanggal 21 September—Penerbit Esensi, didukung oleh Yayasan Alzheimer Indonesia (ALZI) dan The Urban Mama, mengadakan peluncuran novel terbaru yang menduduki posisi #1 New York Times Bestseller selama 59 pekan, di Gramedia Matraman pada 16 September lalu. Novel berjudul Still Alice ini merupakan karya pertama Lisa Genova, seorang doktor neurosains lulusan Harvard yang berpengalaman secara profesional sebagai peneliti di berbagai institut ilmiah terkemuka dan dosen neuroanatomi di Harvard Medical School.
DY Suharya, selaku Direktur Eksekutif Yayasan Alzheimer Indonesia, dan dr. Yuda Turana, ahli saraf dan Kepala Puslitkes Unika Atma Jaya, menyampaikan bahwa novel Still Alice dapat dijadikan referensi mengenai penyakit Alzheimer. Sebab, masyarakat awam sering kali tak dapat membedakan antara pikun, yang mungkin biasa dialami orang lanjut usia, dan penyakit Alzheimer. Ia pun menuturkan bahwa pengetahuan masyarakat Indonesia mengenai penyakit yang menyerang jaringan otak ini masih sangat minim. Namun, antusias relawan ALZI dan masyarakat untuk memulai penyebarluasan informasi sangat memberikan harapan terhadap kesadaran akan bahaya dan penanggulangan Alzheimer di Indonesia.
Selama ini orang-orang juga mengira penyakit yang membuat penderitanya mengalami gangguan memori atau pikun ini, hanya menyerang kaum lanjut usia, ketika kita berumur 70 tahun ke atas. Padahal, itu salah. Di Indonesia, bahkan penyakit ini tercatat menimpa seorang pemuda berusia 24 tahun. Faktor usia lanjut, dan genetik (bawaan), tak selalu menjadi penentu utama penyakit Alzheimer. Pola hidup yang buruk, konsumsi makanan tak bergizi, tidak berolahraga, merokok, stres, dan mengalami masalah emosi dan kecemasan berkepanjangan adalah faktor-faktor yang dapat memicu serangan Alzheimer.
Dengan diterbitkannya novel Still Alice, diharapkan masyarakat semakin waspada terhadap pikun dan bahaya yang ditimbulkan oleh penyakit Alzheimer. Bukan hanya kepada penderitanya, tetapi juga anggota keluarga yang merawatnya atau caregiver. Menurut DY Suharya, kebanyakan malah caregiver Alzheimer yang lebih dulu meninggal karena gangguan kesehatan dan stres. Ia pun memiliki pengalaman buruk selama dua puluh tahun karena tidak tahu bahwa ibunya mengidap Alzheimer. Ia tak menyangka perubahan perilaku dan kepribadian ibunya adalah gejala Alzheimer.
Dari novel ini pula kita dapat melihat bahwa percobaan obat-obatan untuk Alzheimer mengalami kegagalan. Dr. Yuda Turana menyampaikan bahwa dari 300 obat yang diuji coba semenjak tahun 2008, semuanya terbukti gagal mengobati Alzheimer. Jalan kita satu-satunya adalah menjaga kesehatan serta lebih waspada terhadap gejala yang mungkin terlihat di sekitar kita. Karena itu, mari kita dukung gerakan deteksi dini Alzheimer dan “Jangan Maklum dengan Pikun!”
Berikut ini 10 gejala Alzheimer yang harus kita waspadai.
1. Gangguan daya ingat
Sering lupa pada kejadian yang baru terjadi, lupa janji, menanyakan dan menceritakan hal yang sama berulang kali, dan lupa tempat parkir di mana (dalam frekuensi tinggi).
2. Sulit fokus
Sulit melakukan aktivitas dan pekerjaan sehari-hari, lupa cara memasak, lupa cara mengoperasikan alat elektronik sehari-hari, tidak dapat melakukan penghitungan sederhana ataupun bekerja dalam waktu yang lebih lama.
3. Sulit melakukan kegiatan yang familier
Sering kali kesulitan merencanakan atau menyelesaikan tugas sehari-hari, bingung cara mengemudi, dan sulit mengatur keuangan.
4. Disorientasi
Bingung pada waktu (hari, tanggal, bulan, dan tahun yang penting), bingung di mana mereka berada dan bagaimana mereka sampai di sana, dan tidak tahu jalan pulang ke rumah.
5. Kesulitan memahami visuospasial
Kesulitan membaca, mengukur dan menentukan jarak, membedakan warna, mengenali wajah, menuang air, dan kegiatan-kegiatan yang mengandalkan organisasi kemampuan visual dan spasial.
6. Gangguan berkomunikasi
Sulit berbicara dan mencari kata yang tepat, sering berhenti di tengah percakapan, dan bingung untuk melanjutkan pembicaraan.
7. Menaruh barang tidak pada tempatnya
Lupa di mana meletakkan sesuatu, bahkan curiga ada yang mencuri atau menyembunyikan barang tersebut.
8. Salah membuat keputusan
Berpakaian sembarangan atau tidak serasi, tidak mampu memperhitungkan pembayaran dan bertransaksi yang tepat, dan tidak dapat merawat diri dengan baik.
9. Menarik diri dari pergaulan
Tidak memiliki semangat atau inisiatif untuk melakukan aktivitas atau hobi yang biasa dinikmati, tidak semangat berkumpul dengan teman atau kerabat yang dicintai.
10. Perubahan perilaku dan kepribadian
Emosi berubah drastis, mudah bingung, curiga, depresi, takut, atau tergantung berlebihan kepada anggota keluarga, mudah kecewa dan putus asa, baik di rumah maupun dalam pekerjaan.
Mendukung program pemerintah yang akan menjadikan Jakarta sebagai Kota Ramah Lansia dan Demensia, tanggal 27 September mendatang ALZI juga mengadakan program Jalan Sehat #Melawan Pikun di Pintu Barat Daya Monas mulai pukul 06.00 WIB.
Nah, apa yang kalian ketahui tentang penyakit Alzheimer? Apakah kalian memiliki pengalaman seputar penyakit degeneratif ini? Silakan ceritakan pengalaman kalian di sini. Selain itu, ada 2 buah novel Still Alice yang akan saya berikan kepada 2 orang yang beruntung. Ayo, ikuti kuisnya dan sebarkan informasi tentang pentingnya deteksi dini penyakit Alzheimer!
Berikut syarat dan ketentuan untuk mengikuti kuis ini.
- Follow Twitter @yukianggia dan @esensiemagz serta Instagram @yukianggia dan @hello2heart.
- Tinggalkan komentar di bawah tulisan ini. Ceritakan apa yang akan kamu lakukan andaikan kenalan atau kerabatmu mengalami gejala-gejala penyakit Alzheimer? Di bawahnya, tuliskan nama serta akun Twitter dan Instagram kamu.
- Tweet ini: Giveaway: Memperingati Bulan Alzheimer Sedunia | https://ohelterskelter.com/giveaway-memperingati-bulan-alzheimer/ | Ikuti #GiveawayBulanAlzheimer dari @yukianggia.
- Kuis akan ditutup pada 10 Oktober 2015 pukul 23.59 WIB dan diumumkan pada 11 Oktober 2015 di Twitter.
- Selamat mengikuti dan semoga beruntung!
*Yayasan Alzheimer Indonesia (ALZI) adalah sebuah yayasan organisasi nonprofit yang bertujuan untuk membantu dan meningkatkan kualitas hidup Orang Dengan Demensia (ODD)/Alzheimer, beserta keluarga dan caregivers-nya di Indonesia. Yayasan ini berdiri pada tanggal 3 agustus 2013 yang merupakan anggota resmi dari Alzheimer’s Disease International yang berpusat di London, yang memayungi lebih dari 80 negara peduli Alzheimer di seluruh dunia.
Banyak lagi masyarakat awam gak tau penyakit ini. Umumnya cuma dianggap pikut.
Saya dukung secara doa semoga sukses acaranya.
iya, betul sekali, mas alris. banyak yang gak ngeh kalau terkadang masalahnya mungkin bukan cuma pikun semata, tetapi gejala awal Alzheimer. semoga keluarga kita dijauhkan dari segala penyakit. ?
bahaya juga ya alzheimer 😐 belom ada riwayat keluarga kena penyakit ini sih. jadi belom bisa ikutan giveawaynya 😀 good luck ya!
bisa bisa kok, kan ceritakan apabila, jadi berandai-andai aja kalau misalnya ada teman yang mengalami gejalanya gimana. hehehe…
Banyak yg menggangap penyakit ini adalah pikun karna tua dan itu yg awalnya terjadi ama nyokap nya temen.
Tapi setelah di eprhatikan ternyata bukan, memory nya berhenti saat SMP jadi kenangan nya yaa waktu SMP itu. dan akhir nya lupa akan anak2nya dan ngak kenal lagi. Begitu di dekati anak2 nya, mereka berontak karna takut di sakiti #Sedih
Beberapa lingkunganku menderita alzheimer ini, mereka bertahan berjuang meskipun ada juga yg menyerah
Tapi kita mesti telaten dan sabar menghadapi mereka, ini ladang pahala buat kita hahaha #SokBijak
turut berduka untuk teman dan keluarganya om cumi, memang begitulah bahayanya Alzheimer. bisa sampai gak kenal siapa pun, bahkan sampai lupa cara pegang sendok dan pakai sepatu. memang, keluarganya yang merawat paling besar cobaannya, harus luar biasa kuat. 🙂
Pertama, adalah menumpuk stok ‘sabar’ sebanyak mungkin hehehe.
seperti yang dilakukan Alice Howland dalam novel, hal pertama yang akan saya lakukan jika orang tua/keluarga/kenalan saya menunjukkan gejala Alzheimer, adalah mencari second opinion ke dokter lain, segera mengunjungi dokter syaraf dan menjalani tes yg diperlukan. Kalo sudah positif ya berarti menguatkan hati saja dan tabah menjadi caregiver seperti mbak DY, mudah-mudahan menjadi tambahan pahala buat saya 🙂
betul, mba. dukungan dan kesabaran keluarga adalah yang paling dibutuhkan. 🙂
Waktu baca buku ini, aku jadi ingat teman. Dia sepertinya stres banget kalo disuruh mengerjakan sesuatu, kadang kalo dia mengarsip surat; dan aku tanya mana suratnya, pasti dia bingung.
mungkin dia kurang konsentrasi atau fokus, pikirannya ke mana-mana. suruh main TTS deh buat latihan otak. 🙂
main TTS juga salah satu kegiatan yang disarankan untuk mencegah pikun, lho.
Apabila ada kerabat dan sahabat saya yang mengalami alzheimer saya akan berusaha untuk selalu ada disampingnya.melakukan kegiatan bersama-sama,berbagi cerita tentang masa lalunya akan membantunya mengingat.Berusaha untuk tidak membicarakannya dengan orang lain seolah-olah dia tidak ada,walaupun dia tidak mengerti apa yang kita bicarakan tapi dia masih bisa merasakannya. adakalanya lebih baik saya memberitahukan langsung perihal penyakitnya, itu akan membuatnya lebih tenang dalam melakukan aktivitas. Perbanyak sabar adalah kuncinya
Nama : Renzy Ardyanti | Twitter : @adyantiR | IG : @ardyantir
terima kasih sudah berpartisipasi di giveaway ini, semoga beruntung, ya. 🙂
Wah, menarik sekali ada pembahasan tentang Alzheimer. Kalau ada kenalan yang positif terkena Alzheimer, tentu membantu sebisanya. Dari membantu meningatkan hal-hal yang sudah dia lupakan hingga mungkin bantuan financial untuk keluarga, sekedar untuk meringankan.
Sukses ya buat promo buku dan kampanyenya!
twitter: @dewinyadwi
terima kasih sudah berpartisipasi, semoga beruntung, ya. 🙂
Saya beberapa tahun yang lalu mengetahui soal Alzheimer dari sebuah film berjudul A Moment To Remember. Diceritakan dalam film tersebut jalan kehidupan orang yang sudah sempurna mendadak sirna karena penyakit ini. Bagaimana pasangan dan keluarga penderita Alzheimer yang sudah akut berupaya untuk mencari obat namun sia-sia. Penyakit ini digambarkan merenggut kehidupan orang sekitarnya secara tiba-tiba, tidak hanya sang penderita.
Jika (semoga saja tidak) salah satu kenalan atau kerabat saya menderita penyakit ini. Hal yang saya dapat lakukan adalah menyimpan memori kebersamaan dengannya. Mengumpulkan foto bersama dan apapun yang dapat digunakan untuk mengingat. Iya, mungkin saya lebih condong berpikir untuk mencontek film yang saya katakan di awal tadi. Namun memang mengumpulkan dokumentasi dengan kenalan dan kerabat yang mengalami gejala Alzheimer adalah antisipasi. Antisipasi untuk kemungkinan buruk yang terjadi, agar jika memang harus divonis Alzheimer saya dapat ikut membantu mengenang ingatannya.
Nama : Ardian Kusuma | Twitter : @ardiankusuma | IG : @bookpacker
benar, mas. bagaimanapun dukungan dari keluarga adalah hal yang palling dibutuhkan oleh penderita. semoga orang terdekat kita dijauhkan dari segala penyakit. 🙂
Halo Yuki!
Iya, bener Mas Adrian. Sebelum di film Still Alice, perkara Alzheimer juga digambarkan dengan sangat emosional di film A Moment To Remember. Dari interaksi antartokoh di film-film tersebut, hal yang aku pelajari adalah: penderita alzheimer perlu perhatian lebih. Di atas kesehatan fisik seseorang, kesehatan mental juga merupakan hal yang butuh dijamin. Jaminan bahwa mereka masih dihargai dan perasaan yang mereka rasakan masih dipedulikan. Hal-hal yang mungkin bisa aku lakukan adalah dengan memberi perhatian dan aktif berkomunikasi: memberi waktu untuk mereka berbicara, bertanya tentang hal-hal yang mereka perlukan/bingungkan, melakukan hal-hal yang sekiranya memotivasi, mengajak berolahraga (jogging, dll). Hal-hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan rasa tenang dan relaksasi, mengurangi stress, kecemasan atau depresi. Serta memastikan agar mereka selalu merasa tetap didengarkan, diperhatikan, dan dihargai.. 🙂
@yulaside
betul, yang penting baik penderita ataupun keluarga harus berusaha sebisa mungkin untuk selalu berpikir positif dan mengurangi stres dan depresi, jalani hari-hari dengan segembira mungkin. ?
Halo Yuki,
Sudah lama saya mendengar tentang penyakit Alzheimer. Tapi baru benar-benar pay attention tentang pemyakit ini baru-baru ini, setelah nonton film Still Alice. Penyakit yang sangat memilukan.
Jika ada teman atau kerabat yang menunjukkan gejala penyakit ini, tentu saja mencoba membujuknya untuk memeriksakannya. Walaupun tentu tak mudah, namun bisa diakali dengan memeriksakan kita terlebih dahulu. Jika, memang positif, mungkin bisa mengikuti langkah-langkah untuk menghadapinya.
@rj.gb
iya, betul juga. memang salah satu hal paling penting adalah memeriksakan ke dokter, deteksi lebih dini supaya kita bisa melakukan cara-cara untuk memperlambat prosesnya. 🙂
Sepertinya cukup susah untuk menentukan seseorang mengalami Alzheimer atau tidak berdasar 10 gejala yang dijelaskan diatas, karena semuanya terkesan hal “biasa” saja. Bagi yang tidak paham, mungkin akan menganggap remeh, menggap hal tersebut hal yang wajar, terutama bila terjadi pada orang tua. Yang susah adalah bagaimana agar kita tidak meremehkan itu, dan segera melakukan tindakan. Mungkom jika ada kerabat atau kenalan yang mengalami 6 atau lebih gejala diatas, akan coba saya bujuk untuk ke dokter. Hanya untuk memastikan kebenarannya terlebih dahulu.
@dwi_pras
memang, sepuluh gejala di atas biasanya umum terjadi dan dianggap sebelah mata, kita sering menganggap wajar apabila ada lansia yang pikun, padahal belum tentu begitu. tua tak selalu berarti pikun, mungkin saja ada penyebab lainnya. 🙂
halo teman-teman,
beberapa hari lalu saya sudah mengumumkan 2 orang beruntung yang mendapatkan novel Still Alice, yaitu Ardian Kusuma dan Yula. selamat selamaaaat!
sekali lagi terima kasih kepada semua yang telah berpartisipasi dalam giveaway ini, nantikan giveaway berikutnya, ya. 🙂