Apakah benar demikian? Bagaimana mungkin bisa jatuh cinta pada negara yang (barangkali) belum pernah dikunjungi? Ya, jawabannya bisa saja. Saya, misalnya, sudah naksir dan penasaran pada Inggris entah berapa lama, jauh sebelum menginjakkan kaki di negeri Big Ben itu.
Bisa dibilang, masa kecil saya diwarnai senandung lagu-lagu The Beatles, diputar tiap malam oleh ayah saya. Tak hanya itu, saya jadi akrab dengan budaya sepak bola yang mengakar di Inggris karena sering menonton pertandingan Liga Inggris di televisi, dicekoki dua pria di rumah.
Di bangku kuliah, bacaan bertambah dengan syair-syair cinta asal Inggris, dari John Suckling (pernah dengar namanya?) hingga William Shakespeare. Masa-masa melankolis tersebut juga diwarnai oleh kecintaan terhadap tokoh Harry Potter, dan kemudian Sherlock Holmes.
Begitulah, ada saja hal-hal yang membuat saya kebelet ingin ke Inggris. Apalagi bermodal sepuluh jutaan saja kita juga bisa backpacking ke Inggris. Dan apabila butuh inspirasi yang dapat memancing atau mendorong kalian untuk merasakan sensasi yang sama, mungkin 5 hal di bawah ini bisa jadi salah satunya.
1. Napak Tilas Perjalanan Musik The Beatles di Liverpool
Sambil mendengarkan lagu “Accros the Universe,” saya membayangkan perjalanan dari Indonesia menuju Inggris memang bagaikan membelah dunia. Belasan jam di angkasa terbayar saat menginjak kota di tepi laut ini. Untuk mengikuti tur napak tilas grup musik legendaris ini, kita harus menuju Albert Dock, daerah pelabuhan peti kemas bersejarah di Liverpool. Di sinilah tur bertajuk “Magical Mystery Tour”–sesuai judul album The Beatles yang rilis pada 1967, dimulai.
Tiket tur dapat dipesan online ataupun langsung di tempat. Saya memesan di sana karena belum memiliki jadwal kunjung yang pasti. Harga tiket sebesar £18,95 dengan durasi sekitar dua jam. Tur dimulai pukul 09.30 hingga 16.30 dengan bus kuning yang mencolok mata.
Napak tilas pun berawal dari rumah masa kecil Ringo Starr, rumah kelahiran George Harrison, Penny Lane, St Peter’s Church Hall, Strawberry Field, rumah masa kecil John Lennon dan Paul McCartney, hingga sekolah dan kampus mereka. Selain itu, peserta juga diajak menyusuri persimpangan, kafe, dan sebagainya yang muncul dalam lirik dan menginspirasi lagu The Beatles. Tur ditutup di Cavern Club, tempat The Beatles biasa manggung dulunya.
2. Menyambangi The Reds di Stadion Anfield
“You’ll Never Walk Alone,” begitulah ujar Tama berulang kali saat kami menaiki bus tingkat dari Albert Dock menuju Stadion Anfield. Kami sudah memesan tur secara online, dan jantung berdebar-debar saat di kejauhan stadion berwarna merah itu terlihat.
Anfield adalah kandang klub sepak bola Liverpool sejak tahun 1892. Sejarahnya begitu panjang dan entah berapa kemenangan lahir di sana. Tur mengelilingi ruang ganti, ruang makan, hingga tempat latihan dan lapangan Anfield membuat kecintaan terhadap Liverpool makin bertambah. Apalagi saat melihat sejarah dan koleksi piala di museumnya.
Kami pulang dengan suka cita walaupun tak sempat bertemu para pemain favorit karena tak ada jadwal latihan. Kalaupun bukan fans The Reds, kalian bisa mengunjungi Stadion Emirates (Arsenal) atau Stamford Bridge (Chelsea) di London dan Old Trafford (Manchester United) di Manchester.
3. Mengejar Sherlock Holmes di London
Sebenarnya mudah saja mengejar Detektif Holmes di London. Datangi saja wilayah Westminster, tepatnya di 221B Baker Street. Di sana kita akan melihat rumah tingkat bercat hijau dan putih yang mengingatkan pada adegan dalam serial Sherlock Holmes saat mengintip ke bawah dan menunggu Dr. Watson.
Rumah Holmes tersebut adalah sebuah museum, di mana di dalamnya kita bisa melihat persis dekorasi dan interior kamar Holmes, juga peralatan kerjanya. Rasanya bagai masuk ke alam cerita saat berada di kursi di depan perapian tempat Holmes meladeni kliennya. Sungguh pengalaman luar biasa, dan jangan lupa membeli suvenir pipa rokok atau topi khas Holmes.
Sesudah itu, susuri Baker Street hingga Marleybone Road, di sana kita bisa menemukan Patung Sherlock Holmes berdiri gagah.
4. Menyusuri Jejak Harry Potter hingga Edinburgh
Jejak Harry Potter terbilang menyebar di berbagai sudut Inggris, mulai dari Peron 9 ¾ di Stasiung King’s Cross, London, hingga Diagon Alley di Edinburgh. Asal tahu saja, J.K Rowling pertama kali menulis novel Harry Potter di sebuah kafe bernama The Elephant House, yang kini ramai dikunjungi penggemar.
Tak jauh dari sana terdapat Victoria Street, jalan berliku yang dipenuhi pertokoan yang menginspirasi lokasi menuju dunia sihir, Diagon Alley. Asyiknya, di sini kita bisa menemukan toko-toko yang menjual peralatan sihir Harry Potter. Dan apabila menyusuri sepanjang Kota Tua Edinburgh, rasanya benar-benar kembali ke era Hogwarts.
Kunjungan akan lebih lengkap dengan menyambangi Edinburgh Castle yang berada di atas bukit, dijamin bikin jatuh hati dan betah berlama-lama memandangi suasana kota dan bangunan di sekitarnya.
5. Mengintip Kampus Pangeran William dan Kate Middleton di St. Andrews
Membahas Inggris takkan terlepas dari pendidikan, dan juga kepopuleran keluarga kerajaan, misalnya pasangan Pangeran William dan Kate Middleton.
Tapi, tahukah kamu di mana mereka berkuliah? Bukan, bukan Oxford! Pasangan ini bertemu saat berkuliah di University of St. Andrews, universitas tertua di Skotlandia yang berada di St. Andrews. Sebuah kota tepi laut mungil di timur Skotlandia. Berjarak dua jam dari Edinburgh. Adalah sebuah kebahagian dapat menyaksikan keseharian di Kota Pelajar (macam Yogyakarta saja) ini.
Bangunan kampus dengan batu tuanya mengingatkan saya pada kastil yang tersebar di Inggris. Berjalan kaki lima menit, tibalah kita di reruntuhan katredal yang menghadap laut. Rerumputan hijau dan angin sepoi membuat siapa pun mendamba bersekolah di sana.
Bukan hanya itu, ternyata St. Andrews juga dianggap sebagai “The Home of Golf.” Di sinilah pertama kali olahraga golf dimainkan pada Abad 15. Kini St. Andrews memiliki lapangan golf terluas di Eropa dan jadi destinasi favorit pegolf karena lokasinya yang indah di tepi pantai.
Membicarakan budaya Inggris takkan pernah habis, mulai dari musik, olahraga sepak bola dan golf, hingga pendidikan dan sastra.
Sebagai Negara yang mengawali kemajuan industri dunia, tak heran juga Inggris memiliki banyak bangunan bersejarah dan penemuan mutakhir yang memajukan dunia. Di antara asap-asap yang membumbung di udara ratusan tahun silam, kini yang dapat kita saksikan adalah kemegahan bangunan yang terjaga dan pesona alam yang terhampar di tiap musim. Entah itu musim dingin atau musim panas, Inggris selalu memberikan nuansa tersendiri yang dirindukan.
Seperti saat berbaring memandang langit biru di St. Andrews, saya membayangkan akan selalu kembali ke negeri impian ini. Apabila saya punya setumpuk alasan untuk jatuh cinta pada Inggris, apakah kalian butuh alasan yang sama?