Pada tanggal 19-23 Juni 2016 ini sedang berlangsung Festival Danau Sentani ke-9 di kawasan Pelabuhan Khalkote di Sentani. Persis seperti tahun sebelumnya. Rasanya baru kemarin saya bercengkerama dengan para penari dari desa-desa di sekitar Danau Sentani. Rasanya baru kemarin saya berusaha menyempil di antara pengunjung yang berebutan menyaksikan Tari Isosolo.
Tapi, satu tahun sudah berlalu. Walaupun saya tentu tak keberatan untuk kembali menyaksikan Festival Danau Sentani suatu hari nanti. Itu adalah pengalaman yang sangat berkesan, dan saya senang saat itu saya dan kawan-kawan juga diajak untuk menjelajahi beberapa tempat yang menarik di Sentani dan Jayapura. Yang memperkaya pengetahuan saya tentang alam dan budaya di Sentani dan Jayapura.
Jika diingat-ingat, berikut 7Â destinasi yang saya datangi waktu itu.
1. Danau Emfotte
Disebut juga Danau Cinta karena jika dilihat dari atas, danau ini berbentuk hati. Telaga ini memang belum menjadi destinasi populer, hanya orang setempat yang mengetahuinya. Om Andre, pemandu dari PaTGom (Papua Tour Guides Community), mengajak saya dan kawan-kawan ke sini di sela-sela waktu senggang usai menyaksikan festival.
“Ada Danau Cinta di Sentani, dan saya masih survei untuk memasukkannya dalam paket tur,” ujar Om Andre semangat.
Itu sebelum mobil rombongan satu lagi tersesat, yang membuat mobil rombongan saya harus menunggu hingga tiga jam. Sepertinya Om Andre dan timnya memang belum menguasai betul jalan menuju Danau Emfotte. Wajar saja, jaraknya memang cukup jauh. Sekitar dua jam dari pusat Kota Sentani. Danau ini termasuk dalam wilayah Kampung Abar, tapi posisinya cukup terpencil dan di atas perbukitan.
Tapi, pemandangan di sepanjang jalan sungguh indah, dengan perbukitan hijau membentang dan jika beruntung, kawanan rusa akan terlihat. Saya lebih memperhatikan burung-burung besar bersuara nyaring yang terlihat beterbangan.
2. Skyline Jayapura
Skyline berada di tepi jalan yang menghubungkan Sentani, Abepura, dan Jayapura, tepatnya di ketinggian sebuah bukit. Tempat ini dipenuhi pondok yang menjual kelapa muda, cocok sebagai persinggahan untuk menikmati pemandangan Teluk Youtefa di depannya.
Sayangnya, menurut Om Andre, pembangunan Jembatan Holtekamp di bawahnya, yang membentang di atas Teluk Youtefa, menyebabkan kerusakan hutan bakau di sekitarnya. Ia dan komunitasnya sudah mempermasalahkan hal itu pada pemerintah setempat. Kalau saya perhatikan, penjual kelapa di sini juga tidak menjaga lingkungan, mereka membuang batok kelapa secara asal ke bawah bukit, berikut sedotan plastik warna-warni dan plastik lainnya.
3. Bukit Pemancar Polimak
Ke Jayapura belum lengkap kalau belum mampir ke sini. Kenapa? Karena di sini terdapat tulisan Jayapura City, yang begitu megah jika dilihat dari bawah Kota Jayapura. Sajian utama di bukit ini adalah pemandangan Jayapura yang sangat indah, Â yang memanjang di tepi teluk dengan perbukitan hijau mengatapinya.
Perhatikan langkah saat berada di bukit ini. Jangan sampai ceroboh dan terjatuh hanya karena keasyikan memotret. Walaupun hari sudah terlalu petang dan langit agak mendung, bersantai di sini cukup menyenangkan karena udaranya juga sejuk.
4. Bukit MacArthur
Bukit MacArthur berada di Ifar Gunung atau Bukit Ifar, yang merupakan kawasan militer di Jayapura, tepatnya pusat latihan Kodam XVII Cenderawasih. Setiap pengunjung yang hendak berkunjung ke Bukit MacArthur harus melapor di pos pintu masuk. Dan ada-ada waktu tertentu pengunjung tidak diperbolehkan masuk.
Bukit MacArthur terkenal sebagai saksi sejarah Perang Dunia II.  Douglas MacArthur, seorang jenderal dari Amerika Serikat, pernah memboyong pasukannya dan membangun pertahanan di bukit ini. Demi menggempur pusat kekuatan Jepang di Papua kala itu. Karena itu, katanya di bukit ini terdapat beberapa peninggalan perang. Di atas bukit ini juga dibangun sebuah tugu yang diberi nama Tugu MacArthur, yang menyimbolkan kedatangan MacArthur dan perjuangannya di bukit ini.
Asyiknya, dari bukit ini kita bisa melihat panorama Danau Sentani yang sangat indah. Dari tugu terdapat jalan setapak menuruni bukit, menuju titik pandang untuk pengunjung. Selain Danau Sentani, jika menengok ke arah belakang, terlihat Gunung Cyclops yang berdiri megah. Waktu yang tepat untuk mengunjungi bukit ini adalah sore hari menjelang matahari terbenam. Sayangnya, langit mendung ketika saya ke sana.
5. Pantai Tablanusu
Ada beberapa pantai yang terkenal di sekitar Jayapura, misalnya Base G yang pernah menjadi pangkalan kapal perang. Tapi, salah satu yang unik adalah Pantai Tablanusu yang berada di Desa Tablanusu, Distrik Depapre. Dari Sentani, desa ini berjarak sekitar 33 kilometer. Sepertinya tidak ada angkutan umum ke desa ini, jadi harus menyewa mobil.
Sebelum tiba di Desa Tablanusu, kita akan melewati Pelabuhan Depapre dahulu. Tahun lalu pelabuhan ini masih dalam perbaikan. Kemudian, lanjutkan perjalanan sekitar 20 menit menuju Pantai Tablanusu. Kesan saya begitu tiba di Desa Tablanusu yang bagaikan dihimpi tebing adalah, desa ini sangat mungil dan sederhana. Di sepanjang jalannya terlihat batu kerikil bulat berwarna abu-abu, alih-alih pasir atau aspal.
Saya pun langsung melepas sandal dan menapak, dan ternyata sulit sekali berjalan di atasnya. Saya sangat iri melihat anak-anak yang bisa berjalan dengan santai dan cepat. Suasana di desa ini sangat asri, banyak pepohonan dan tanaman, yang saya bingung berakar di mana. Dugaan saya, di bawah kerikil ini tetaplah terdapat tanah subur.
Pantai Tablanusu pun serupa. Tiada pasir di tepinya, melainkan bebatuan kerikil yang menghitam diterpa ombak. Benar-benar pantai yang unik. Perahu-perahu kurus berjajar di pinggirnya, mengukuhkan profesi penduduknya sebagai nelayan.
Jika ingin menginap, di ujung pantai terdapat sebuah resort yang berada di tepi pantai. Tapi, jangan harap akan menemukan resort seperti di Bali atau Lombok.
6. Rumah Batik Port Numbay
Ternyata, Papua juga punya batik. Penciptanya adalah Jimmy Afaar, yang memiliki merek sendiri bernama Port Numbay sejak tahun 2007 silam. Batik yang dibuatnya tentu berbeda dengan batik Jawa. Dengan corak dan warna yang cenderung lebih kontras, batik Port Numbay memiliki filosofi tersendiri. Corak-coraknya pun diambil dari budaya dan keseharian suku-suku yang ada di Papua.
Untuk pewarna alami batiknya, Jimmy Afaar menggunakan buah pinang yang memang banyak ditemukan di Papua. Nah, kalau ingin tahu lebih lanjut bagaimana pembuatan batik Port Numbay dan seperti apa corak-coraknya, kita bisa mengunjungi Rumah Batik Port Numbay di Jayapura. Tepatnya di Komplek Pemda 2, Blok C No. 24.
Saya pun melihat saat proses pemasakan kain batik dan pewarnaannya, hampir sama dengan di Jawa. Tapi, di sini jauh lebih sederhana.
7. Museum Loka Budaya Universitas Cenderawasih
Ini adalah satu-satunya museum di Indonesia yang dimiliki sebuah perguruan tinggi. Diresmikan pada tahun 1973, Museum Loka Budaya memiliki ribuan koleksi yang berasal dari luar dan dalam Papua. Benda-benda koleksi di sini dikhususkan yang memiliki tiga fungsi, yaitu peralatan hidup sehari-hari, perlengkapan religi, dan alat musik.
Saat berkunjung ke museum ini, kesan pertama adalah sederhana. Tapi, jangan salah. Koleksinya sangat etnik dan bersejarah. Banyak benda-benda bersejarah yang baru pertama kali saya lihat. Dan uniknya, pada setiap koleksi disertai informasi dengan cara yang lucu dan mempermudah pemahaman pengunjung. Kalau mau tahu banyak tentang budaya suku asli Papua, wajib datang ke museum ini.
Beberapa koleksi ada yang disimpan di lemari kaca, ada pula yang tidak. Jadi, kita bisa mengamati detailnya dengan baik. Yang penting, jangan sembarangan menyentuh koleksi tersebut. Masuk ke museum ini gratis, kita hanya perlu menulis di daftar pengunjung. Buklet museum juga tersedia jika ingin tahu informasi lebih rinci tentang koleksi yang ada di Museum Loka Budaya.
Sebenarnya masih banyak tempat menarik yang bisa dikunjungi di Sentani dan Jayapura, tapi waktu pula yang membatasi. Semoga saya bisa kembali ke Tanah Papua secepatnya.