Salah satu hal yang sering saya lupakan saat mengunjungi suatu daerah adalah mencicipi makanan khasnya. Begitu pula saat menginjak Lampung, saya tak kepikiran untuk mencoba makanan tertentu. Mungkin karena saya mengira masakan di Sumatera pada umumnya mirip-mirip saja. Untunglah, pada malam pertama tiba di Lampung saya dan kawan-kawan langsung diantarkan ke Rumah Makan Cikwo yang terletak di wilayah Teluk Betung, Bandar Lampung. Wisata kuliner Lampung pun dimulai!
Tari Bedana yang dibawakan gadis-gadis manis menyambut kedatangan kami, rasanya seperti menjadi tamu negara. Iring-iringan pemuda-pemudi lapar langsung menuju area samping rumah makan yang terbuka, dengan aneka hidangan yang menggoda di meja-meja. Serbat Kuini, minuman segar yang terdiri dari irisan mangga kuini dan siraman gula aren pun dibagikan. Saya, tentunya, tak kebagian karena keasyikan mondar-mandir mengamati makanan yang ada.
Rumah Makan Cikwo belum lama berdiri, baru sembilan bulan, tetapi kehadirannya di ibu kota provinsi paling selatan di Sumatera ini begitu penting. Tak banyak restoran atau rumah makan yang mengkhususkan diri menyajikan masakan khas Lampung—kalau Bakso Sony banyak! Cikwo, dalam bahasa Lampung, berarti ‘anak perempuan satu-satunya dalam keluarga’. Nama ini dipilih karena pendirinya, Bu Isna, adalah seorang cikwo.
Berikut ini aneka kuliner Lampung yang kami santap malam itu.
Seruit
Nama Seruit mungkin sudah sering terdengar. Ini adalah hidangan ikan goreng atau bakar yang disajikan dengan sambal terasi dan tempoyak, juga lalapan segar, seperti daun kemangi, daun singkong, daun selada, dan mentimun. Tak ketinggalan pula petai, jengkol, dan julang-jaling atau kabau (Pithecolobium ellipticum). Tumbuhan polong ini sekilas memiliki aroma seperti lamtoro, tetapi efeknya jauh lebih dahsyat. Bau yang ditimbulkan lebih kuat daripada petai dan jengkol. Ketika saya gigit sedikit, rasanya agak getir dan baunya sangat melekat. Nah, Seruit ini asyiknya dinikmati beramai-ramai dengan nasi panas.
Taboh Iwa Tapa Semalam
Masakan ini mirip dengan gulai ikan biasanya, bedanya adalah ikannya diasapi pada malam sebelumnya. Prosesnya adalah ikan diasapi selama sekitar empat jam pada malam hari, lalu esoknya digulai dengan santan, kunyit, cabai merah, dan kluwak. Berhubung saya suka ikan dan gulai, tentunya masakan ini menjadi favorit saya.
Cubik Kemas
Masih menggunakan ikan, bedanya kali ini dibakar. Ikan mas berukuran sedang ini dibakar dengan bumbu kuning, lalu disantap dengan siraman kuah santan mentah yang dicampur cabai merah dan daun jeruk purut. Sepertinya masakan ini bisa dibikin sendiri di rumah, ya!
Pandap
Ini pertama kalinya saya melihatnya. Pandap terbuat dari daun talas muda yang dikukus dengan ikan, kelapa parut, dan beragam rempah-rempah. Karena dibentuk persegi, mungkin sekilas kita mengiranya sebagai kue atau pepes. Ya, memang mirip, bedanya daun talas muda yang dipakai turut dimasak, bukan hanya sebagai pembungkus seperti layaknya daun pisang. Pandap adalah makanan khas dari daerah Krui dan diyakini sudah ada semenjak abad kedelapan belas.
Segubal
Ini adalah penganan ringan yang terdiri dari tapai ketan hitam dan lemang. Ibu saya sering membuatnya di rumah karena ini adalah makanan kesukaan saya sejak kecil. Segubal juga banyak ditemukan di daerah lain di Indonesia dengan nama yang berbeda-beda, misalnya di Jakarta disebut tapai uli. Untuk rasa, tapainya tidak seasam yang saya makan di Jakarta, malah cenderung manis. Cocok sekali untuk disantap dengan segelas kopi panas.
Cucokh Mandan dan Buak Tat
Cucokh Mandan adalah penganan yang mirip kue cincin dari Betawi, yang biasanya terbuat dari tepung beras dan parutan kelapa yang dicampur dengan gula merah. Rasanya manis dan teksturnya agak kering dan berminyak. Sementara itu, Buak Tat adalah kue kering yang menyerupai nastar, dengan isian nanas di bagian tengahnya dan irisan keju di atasnya, tetapi bentuknya persegi.
Kacang Tujin
Mungkin di daerah lain lebih dikenal sebagai kacang bawang dan biasa dihidangkan untuk menjamu tamu saat Lebaran. Di Lampung, kacang yang digoreng dengan bawang putih dan cabai ini disebut Kacang Tujin. Serupa dengan sebutannya di Medan. Bisa dibilang ini juga penganan kesukaan ibu saya, ia sering membuatnya sendiri lalu memasukkannya ke toples dan menghabiskannya diam-diam sebelum saya sadar.
Kopi Susu
Minuman ini juga sering kita temukan di kedai-kedai kopi di Jakarta dan berbagai daerah di Indonesia. Bedanya tentu pada racikan kopinya, yaitu robusta Lampung. Ya, kalau untuk kopi penilaian saya cuma dua, enak dan enak banget. Andaikan semua rumah makan di Jakarta bisa menyajikan kopi senikmat ini.
Kopi Jelly
Ini adalah varian lain minuman kopi di Rumah Makan Cikwo, dan merupakan salah satu minuman khasnya. Kopi Jelly ini bukanlah kopi yang dicampur dengan jelly manis warna-warni, melainkan susu—biasanya kental manis—yang dicampur dengan jelly yang terbuat dari kopi. Jadi, ketika menyesap susu dan mengunyah jelly-nya, cita rasa kopi Lampung pun akan membuat kita kecanduan. Saya suka sekali dengan minuman ini dan rasa-rasanya akan berkreasi sendiri di rumah.
Kalau bukan karena malam semakin larut dan perut tak mampu lagi menampung godaan lainnya, saya pasti betah duduk di Rumah Makan Cikwo. Begitulah, malam pertama saya begitu berkesan karena jamuan kuliner Lampung yang sangat lengkap, mulai dari penganan ringan sebagai pembuka, hidangan utama, hingga minuman segar sebagai penutup.
Nah, mulai sekarang sepertinya saya harus lebih banyak mengeksplorasi makanan khas setiap daerah yang saya kunjungi. Karena dari situ pula biasanya kita dapat meihat cerminan budaya masyarakatnya, keanekaragaman yang menjadi Pesona Indonesia.
Rumah Makan Cikwo – Jalan Nusa Indah No.1, Teluk Betung Utara, Bandar Lampung. Telepon: 081273276777.
Lampung adalah kota pertama yang dituju dalam acara Social Media Trip & Gathering 2015 yang diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata Indonesia (www.indonesia.travel). Temukan foto-foto dan video perjalanan ini di Twitter dan Instagram melalui tagar #PesonaIndonesia dan #SaptaNusantara.
9 thoughts on “Jelajah Kuliner Lampung di Rumah Makan Cikwo”
kok gw deg2an liat sambel terasi nya 🙂
hahaha, mantep banget oooom, suegeeerrr bikin melek. sedap pokoknya!
aku kgn buak tat :(… tape dimakan ama lemang… di medan juga bnyk kan ya mknan begini, mamaku srg bikin juga…
Iya sih, makanan mrk ga jauh beda ama Medan Ki :).. beda nama doang palingan
iyaaa, jadi pengen makan tape lemang huhuhu… jarang nemu yang enak di Jakarta. tau gak beli di mana, ya?
ada beberapa info yang salah nih. yang pertama buak tat atau artinya kueh tat. kueh tat adalah kueh yang didalamnya diisi selali nanas dengan bentuk bunga biasanya. lapisannya adonannya agak tebal. sedangkan yang dijelaskan diatas adalah segubal. segubal hampir sama dengan lemang memang. dan dimakan dengan tapai. kemudian soal kacang tujin. bukan tajin, kalo tajin air beras. kacang tujin dibuat dari kacang merah yang banyak dilampung barat. bukan dibuat dari kacang tanah.
wah, terima kasih banyak atas masukannya. segera saya koreksi informasinya. 🙂
Permisi gan, kalo ke Lampung jangan lupa mampir ke toko oleh-oleh produk Lampung terbesar toko Aneka Sari Rasa nih gan, yang menjual produk-produk lampung hasil produksi sendiri seperti keripik pisang, sambal, lempok, dll. Dan dibandrol harga yang sesuai dengan kenikmatan yang agan-agan dapatkan. Aneka Sari Rasa beralamat di JL.Ikan Kakap no.26 & 28, Bandar Lampung, Depan Klenteng Teluk Betung. Telp.(0721)-5630988, fax.(0721)-5630988, WA:082388688868, IG:@anekasarirasa, email:, fb:aneka sari rasa, twitter:@anekasarirasa.
wuih yummy sekali kuliner2 di rumah makan cikwo ini.. wajib dicoba nih cita rasanya.. nyammmm…
iya, dijamin cita rasa khas Lampungnya bikin pengen makan semuanya. 🙂