Jelajah Nikko, dari Edo Wonderland hingga Kamakura Matsuri

Setelah mengunjungi dua atraksi Tobu Railway, hal yang tak boleh dilupakan saat berkunjung ke Nikko, kota kecil di Prefektur Tochigi, adalah menikmati kehidupan Zaman Edo di Edo Wonderland Nikko Edomura. Jaraknya tak sampai sepuluh menit berkendara dari Tobu World Square. Tersedia pula bus umum bagi pengunjung yang ingin menjelajahi berbagai objek wisata di Nikko.

Pilihan yang tepat untuk mampir ke Edo Wonderland karena atraksinya amat menarik. Yang salah hanyalah datang pada musim dingin. Saya dan kawan-kawan sungguh bersemangat untuk mencoba kimono, pakaian tradisional Jepang, dan berlagak seperti rakyat (jelata) Zaman Edo. Kemudian, menggigil setengah mati menahan angin. Kimono yang disediakan lebih tepat dipakai pada musim panas atau semi karena berbahan tipis, dan kami malah meninggalkan mantel di ruang ganti.

ohelterskelter.com edo wonderland
Pintu masuk Edo Wonderland.

Menyelami Kehidupan Zaman Edo di Edo Wonderland

Berlokasi di Kinugawa Onsen, Edo Wonderland Nikko Edomura adalah sebuah taman hiburan bernuansa Zaman Edo yang memamerkan kehidupan dan kebudayaan Jepang pada Abad 17. Taman ini dirancang menyerupai sebuah desa kuno dengan beragam galeri dan kedai yang dapat disinggahi pengunjung. Ada pula berbagai pertunjukan dan kegiatan yang menarik untuk anak-anak, seperti belajar menjadi Ninja.

ohelterskelter.com edo wonderland
Suasana desa Zaman Edo.

Berikut ini rekomendasi hal yang tak boleh dilewatkan di Edo Wonderland.

  • Menyewa Kimono

ohelterskelter.com edo wonderland
Kimono Town Lady bernuansa musim semi.

Pengalaman berjalan keliling kampung berbalut kimono membuat saya merasa menyelami kehidupan Zaman Edo. Apalagi saat melihat Boom dan Sean, kawan kami dari Filipina, berdandan ala Samurai. Wah, tak bosan berfoto-foto dengan pakaian tradisional andalan kami.

Kimono dan pakaian tradisional lainnya, seperti seragam polisi dan Samurai, bisa disewa di Jiku, toko penyewaan yang berlokasi di dekat pintu utama kampung Edo. Nah, harga kimono beragam sesuai kastanya. Kimono ala Putri Jepang paling mahal. Saya dan Ola memilih kimono Town Lady alias kimono perempuan sehari-hari. Harganya 2.900 yen untuk seharian.

Selain kimono, rambut juga akan dihias ala perempuan Jepang zaman dulu; disanggul dan diberi tusuk konde. Tas dan terompah juga disediakan.

ohelterskelter.com edo wonderland
Tarif sewa kimono.
  • Mengikuti Kelas Komachi-Beni

ohelterskelter.com edo wonderland
Main rias-riasan dengan Ola.

Komachi-Beni adalah gincu tradisional Jepang yang berwarna merah, seperti yang sering terlihat pada film-film lama Jepang atau saat ini bisa dilihat pada Geisha. Cantik menurut orang Jepang zaman dahulu memang bibir merah yang kontras dengan wajah yang dipupur bedak putih.

Di sini kami tidak diajak membuat Komachi-Beni dari awal karena pasti prosesnya panjang, yaitu dengan meramu kelopak bunga Kesumba (Carthamus tinctorius) untuk menghasilkan warna merah yang kemudian dipulaskan pada mangkuk keramik kecil. Hasilnya, gincu ini akan terlihat berwarna hijau-keemasan, tetapi saat disapu dengan kuas basah berubah kemerahan.

ohelterskelter.com edo wonderland
Menatap kagum kecantikan mbaknya.
  • Menyaksikan Prosesi Oiran

ohelterskelter.com edo wonderland
Prosesi Oiran di Edo Wonderland.

Ada yang pernah mendengar istilah “Oiran”? Oiran adalah wanita penghibur kelas atas yang muncul pada Zaman Edo (1600-1868).

Kemudian, apa bedanya dengan Geisha? Pada masa itu, Geisha hanyalah wanita penghibur yang bertugas mengiringi Oiran sehingga kecantikan dan kemampuannya selalu berada di bawah. Budaya Oiran pupus akibat masalah politik dan ekonomi, dan Perang Dunia II menandai kemundurannya–mengingat bayaran TayÅ«, Oiran tertinggi, amatlah mahal.

Sementara, Geisha malah melesat kepopulerannya di kalangan masyarakat ketika itu, hingga kini. Di Kyoto, terdaftar ada lima Tayū bersanding dengan tiga ratus Geisha. Budaya Oiran masih dipertahankan dengan adanya Oiran Matsuri di Niigata dan Shinagawa.

Beruntung, di Edo Wonderland kita dapat menyaksikan parade Oiran mengelilingi desa. Dahulu, hal ini dilakukan Yūkaku (rumah bordil) untuk memamerkan Oiran terbaiknya. Ciri khas Oiran adalah bakiak setinggi 15-30 sentimeter yang dikenakan saat berjalan, yang menonjolkan keanggunan mereka.

ohelterskelter.com edo wonderland
Bakiak yang amat tinggi.
ohelterskelter.com edo wonderland
Oiran dengan tata rias lengkap.
  • Menonton Pertunjukan Ninja (Shinobi)

Tepat usai menyaksikan Oiran, kami diboyong menuju Ninja Grand Theater untuk menyaksikan drama kehidupan seorang Ninja yang sudah pensiun. Baru kali ini saya menyaksikan langsung jurus-jurus Ninja yang unik, mulai dari mengendap-endap di atap rumah dan melompat, hingga melemparkan senjata rahasia. Sayangnya, pertunjukan ini tidak boleh direkam, jadi kalau penasaran, silakan saksikan di Edo Wonderland.

Ternyata beragam atraksi bisa dinikmati di taman bertema Zaman Edo ini, bukan? Selain itu, pengunjung juga dapat melihat hasil kerajinan tangan khas, seperti sandal, peralatan memasak, dan perlengkapan dapur. Jangan cemaskan pula perut keroncongan, makanan yang wajib dicoba adalah Soba, mulai dari Yabu-Soba (soba khas Edo yang berkaldu sayur-sayuran) dan Tori-Soba (soba berkaldu ayam).

Untuk camilan, cobalah Yama Kujira yang berarti babi hutan. Pada Zaman Edo, mengonsumsi daging adalah hal tabu; dan masyarakat menyiasatinya dengan membuat sate babi hutan. Tenang saja, Yama Kujira di sini adalah kedai yang menjual berbagai sate, mulai dari ayam, sapi, bebek, hingga babi.

Sepulang dari Edo Wonderland, kami diberi kue pai apel khas Nikko dan suvenir Nyan-mage, maskot Edo Wonderland yang berupa kucing Samurai. Sungguh menggemaskan!

Berdingin-dingin di Yunishigawa Kamakura Matsuri

ohelterskelter.com edo wonderland
Deretan kamakura.

Malamnya, tak jauh dari penginapan kami di Irodoriyukashiki Hana to Hana di Yunishigawa-Onsen, saya dan kawan-kawan mengunjungi Kamakura Matsuri. Kamakura berarti gudang yang terbuat dari es. Pada musim dingin ratusan tahun silam, masyarakat Jepang (terutama di Tohoku dan utara Kanto) yang kebosanan mengisi waktu dengan membangun gudang dari es. Tradisi ini dirayakan dengan membuat festivalnya di beberapa tempat, salah satunya Nikko, antara akhir Januari hingga awal Maret tiap tahunnya.

Menurut Yumi-san, pemandu kami, lebih baik berkunjung ke Kamakura Matsuri pada malam hari karena lebih indah dengan hadirnya lampu-lampu. Yang juga berarti dinginnya jadi berlipat-lipat ketimbang siang hari. Sekilas kamakura mirip iglo, walaupun lebih tinggi dan tak sebundar itu. Pada siang hari, pengunjung bisa memesan makanan dan menyantapnya di dalam kamakura. Bokong tetap kering, kok, karena esnya dilapisi tatami.

ohelterskelter.com edo wonderland
Mejeng di depan Kamakura.
ohelterskelter.com edo wonderland
Loket Kamakura Matsuri, tiket masuk seharga 510 yen.
ohelterskelter.com edo wonderland
Suasana festival lebih semarak dengan lampu-lampu.
ohelterskelter.com edo wonderland
Kamakura mini yang unik.

Selain kamakura ukuran normal, ada pula versi mininya yang dihiasi lilin-lilin. Berjarak sekitar dua kilometer dari tempat festival. Karena mobil dibatasi hingga tempat parkir, kami berjalan lumayan jauh menembus angin bersalju sambil menahan dingin. Ternyata pengunjung cukup ramai, dan banyak yang rajin berjalan mengamati kamakura yang berada di tepi sungai.

Karena sudah batuk-batuk kedinginan, saya memilih memotret dari atas saja. Tentunya kamakura mini memang harus dikunjungi pada malam hari karena akan dipasangi lilin yang membuat suasana malam makin indah. Setelah cukup mengambil gambar, kami memutuskan pulang.

ohelterskelter.com edo wonderland
Kamakura mini di tepi sungai.

Dengan bodohnya, saya dan Yumi-san berjalan kejauhan hampir ke tempat semula dan harus mundur lagi ke tempat parkir. Begitulah, karena menutup kepala dengan syal tebal dan tudung jaket serta menunduk sepanjang jalan, kami tak mendengar teriakan kawan yang lain.

Onsen mana onsen, tak sabar ingin menghangatkan diri!