Ada pejalan yang merasa bahwa perjalanan ke pantai semestinya dilakukan pada hari yang cerah. Ada pula yang merasa bahwa pergantian terang ke gelap, sebagaimana sebaliknya, adalah momen paling luhur. Lalu bagaimana kala gerimis? Saat awan bagai menitikkan air mata karena terlalu dirundung duka?
Saya tentunya tak keberatan.
Pantai, apa pun cuacanya, punya cara unik untuk memikat. Saat rintik-rintik menggoda kepala yang tak bertutup, menggenang di tangan yang menengadah, sungguh istimewa. Penjelajahan ke pantai kala hujan menjadi kenangan baru yang akan terngiang melulu.
Begitulah, saat tiba di Yogyakarta, saya dan rombongan Explore Indonesia 2 langsung melaju ke Kabupaten Gunungkidul yang berjarak sekitar lima puluh kilometer. Gunungkidul sudah jauh hari dikenal akan barisan pantainya yang unik, masing-masing punya daya tarik. Namun, saat mendengar nama Pantai Seruni dari tim Airport.id, tujuan kami siang itu, saya tak tahu banyak.
Pantai Seruni berada di Desa Tepus, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul–paling timur di antara garis pantai di Gunungkidul. Ia belum sepopuler Pantai Indrayanti, yang terlihat ramai sekian kilometer sebelumnya. Pun ia dianggap tak seindah Pok Tunggal, yang berdampingan dengannya.
“Ke Pok Tunggal saja, pantainya lebih indah,” seru seorang bapak dari balik warung kecilnya saat kami tiba di persimpangan jalan setapak yang dipenuhi pohon jati belanda dan rerumput liar.
Gerimis mulai luruh saat itu, dan kami tetap melanjutkan perjalanan ke Pantai Seruni. Berbelok ke kiri, mengikuti arah penunjuk jalan yang dibuat seadanya. Tanah mulai membasahi tapak sepatu, saya berjalan zigzag agar tak terpeleset. Ternyata, kawan saya yang malang, Salman, terjatuh jua.
Hingga tiba di ujung jalan, Pantai Seruni dan tebing menjulang bagai menyambut lapang kedatangan kami. Di sisi kiri, terlihat tebing yang mengingatkan saya pada tebing di Nusa Penida dan Sumba. Ombak yang berderu kencang mengingatkan saya pada Pantai Dreamland. Ah, saya terlalu mudah membanding-bandingkan.
Padahal, Pantai Seruni, dilihat dari arah mana pun, punya pesona yang tak sama. Di sisi kiri, saya melihat celah pantai yang tak terlalu lebar, pondok warung berdiri di sana, juga kamar mandi sederhana. Sementara, di sisi kanan, terbentang pasir putih yang lebih panjang. Saya memilih turun ke sana. Menapaki bebatu yang tak sama besar di antara pepohon pandan yang menjadi kanopi.
Menyusuri pasir yang kali ini basah pula oleh gerimis ternyata sangat menyenangkan. Tiada seorang pun terlihat. Langkah terasa berat, tetapi hati begitu ringan. Saya tak luput memandangi ombak yang berkejaran, tebing yang menjulang penuh misteri, dan mengamati jala nelayan yang tergantung di dahan pohon pandan. Di kejauhan, beberapa sosok timbul dari balik air. Saya menengadah ke langit, gerimis telah melukis Pantai Seruni dengan manis petang itu.
Perjalanan #EIJogja16 ini disponsori oleh Aqua Lestari dan didukung oleh Greenhost Boutique Hotel, Jogja Bay, dan lain-lain.