Dahulu dan Kini, Badai Menerjang di Pulau Pasumpahan
Pemuda itu konon berkepala batu. Pun, kapal yang ditumpanginya tak sekeras kepalanya. Sumpah sang Ibunda dapat mengalahkan segala kekerasan di bumi, darat dan lautan. Ketika badai tiba-tiba menerjang, kapal pemuda itu terbelah bagai tanah pada musim paling paceklik. Ia tak sempat memandang tanah kelahirannya. Tak sempat mengenal ibunya.