Kembali ke Jepang untuk ke sekian kalinya pun, rasa bosan tak pernah muncul. Selalu ada alasan untuk kembali, juga daftar destinasi yang ingin dipenuhi. Karena itu, ketika mendapat undangan untuk mengeksplor wilayah Kanto, terlebih pada musim dingin favorit, saya buru-buru mengepak koper. Ini akan menjadi pembuka perjalanan pertama saya pada 2020.
Wilayah Kanto meliputi kota metropolitan Tokyo dan sekitarnya, dengan total enam prefektur, antara lain Ibaraki, Tochigi, Gunma, Saitama, Chiba, dan Kanagawa. Namun, kali ini saya dan kawan-kawan dari Get Lost Magazine dan CNN diajak mengeksplor tiga prefektur pertama saja. Perjalanan berlangsung lima hari empat malam, bisa dibilang cukup singkat dan padat.
Asyiknya mengelilingi wilayah Kanto adalah jaraknya yang amat terjangkau dari Tokyo, paling lama tiga jam dengan Shinkansen, sehingga kita tetap bisa menginap di Tokyo. Kami tinggal di daerah Ueno, di Hotel Lifetree Ueno yang berjarak lima menit jalan kaki dari Stasiun Ueno, selama tiga malam dan cukup puas menjelajahi Ibaraki, Tochigi, dan Gunma. Berikut keseruan wisata Kanto yang amat berkesan.
Prefektur Ibaraki
Prefektur Ibaraki terletak di timur laut Tokyo, di sepanjang Samudra Pasifik, dengan ibu kota bernama Mito. Ibaraki terkenal dengan Kairakuen Garden, yang termasuk dalam tiga kebun terindah di Jepang. Akan tetapi, destinasi yang kami tuju adalah Ushiku Daibutsu, situs patung Buddha tertinggi seantero Jepang.
-
Ushiku Daibutsu
Sesuai namanya, patung perunggu Buddha terbesar di Jepang ini berada di daerah Ushiku. Sekitar tiga puluh menit naik bus umum dari Stasiun Ushiku. Stasiun Ushiku dapat ditempuh dengan kereta JR Joban dari Stasiun Ueno, dengan lama perjalanan satu jam dan ongkos 990 yen.
Selesai dibangun pada 1993, sebagai persembahan terhadap lahirnya Biksu Shinran, penemu Jodo Shinshu atau Shin-Buddha yang dianut sebagian besar orang Jepang, Ushiku Daibutsu memiliki ketinggian 120 meter, dengan patung Buddha setinggi 100 meter dan dasar bunga lotus setinggi 20 meter. Jika dibandingkan, tiga kali lipat tinggi Patung Liberty di New York. Kini ia juga termasuk dalam lima patung Buddha tertinggi di dunia.
Menjadi salah satu ikon terpopuler di Ibaraki, waktu terbaik mengunjungi Ushiku Daibutsu adalah pada musim semi. Sebab, taman yang melingkari area patung akan dipenuhi oleh bunga sakura, kamelia, kenikir, dan lain-lain. Kapan lagi bisa menyaksikan patung Buddha bagaikan berdiri di atas bunga sakura, bukan?
Menariknya pula, pengunjung dapat menaiki patung hingga Level 4 yang berada pada ketinggian 85 meter, tempat dek observasi berada, tepat di bagian dada Buddha. Di sini, pada hari cerah, kita dapat melihat Tokyo Sky Tree di kejauhan. Dari Level 4, kita turun ke Level 3 (20-30 meter) yang disebut World of the Lotus Sanctuary, tempat ribuan patung emas Buddha disusun rapi di seluruh tembok. Umat yang berkunjung dapat memberikan donasi ke sini, yang kemudian akan dituliskan namanya pada patung emas di dinding.
Pada Level 2 (10 meter), World of Gratitude and Thankfulness, terdapat ruangan yang berisi tulisan dan kaligrafi suci, tempat para pengunjung dapat mencoba belajar menulis kaligrafi. Di sini kita juga dapat membeli serbuk emas seharga 300 yen untuk kemudian ditempelkan di dinding bunga lotus di dasar patung. Jangan lupa sambil berdoa yang baik-baik.
Terakhir, Level 1 yang disebut Infinite Light and Infinite Life adalah ruangan gelap tempat kita masuk pertama kalinya. Pejamkan mata dan sejenak dengarkan alunan musik. Di sini juga terdapat patung-patung Buddha yang tak boleh difoto karena amat sakral dan bersejarah.
-
Ami Premium Outlet
Dari Ushiku Daibutsu, jangan lupa mampir ke Ami Premium Outlet sebelum kembali ke Tokyo. Pusat perbelanjaan ini juga memiliki pemandangan bagus, menghadap ke Ushiku Daibutsu. Sekilas, suasana di sini mengingatkan saya pada pertokoan di Los Angeles. Wajib hukumnya mampir ke sini apabila hendak menjajal wisata Kanto.
Buka hampir sepanjang tahun, pertokoan yang beroperasi dari pukul sepuluh hingga delapan malam ini memiliki rentetan merek fesyen ternama, dengan total mencapai 160 toko. Dari merek tas seperti Coach dan Michael Kors hingga merek pakaian luar ruangan seperti Timberland dan The North Face, Ami Premium Outlet asyik banget dikelilingi pada sore hari.
Khawatir haus dan lapar? Oh, tenang saja, di sini juga terdapat pusat restoran dan kafe. Bahkan, kami sempat santap malam di restoran sushi. Sungguh pembuka trip yang menyenangkan. Tentunya, tak lupa kami semua pulang dengan tentengan lebih dari satu. Saya membeli tas Michael Kors yang sedang diskon hingga tujuh puluh persen, lumayan.
Untuk daftar lengkap toko yang ada di Ami bisa dicek di sini.
Prefektur Tochigi
Jangan terkejut apabila saya mengatakan bahwa ini ketiga kalinya saya bertandang ke Tochigi dalam satu tahun terakhir. Untungnya, karena saya memang suka suasana di Tochigi yang terkenal dengan musim gugurnya, tak keberatan rasanya berulang kali datang ke prefektur yang beribu kota Utsunomiya ini.
Dari Tokyo, ada beberapa cara menuju Nikko, kota paling populer di Tochigi. Salah satunya dengan menumpang kereta Tobu Skytree Line dari Stasiun Asakusa ataupun Tobu Ltd. Exp Revaty Kegon dari Stasiun Kitasenju. Lama perjalanan 98 menit dengan ongkos 1.390 yen, dengan tujuan Stasiun Tobu Nikko.
Tentunya untuk wisata Kanto seperti ini akan lebih nyaman di kantong apabila kita membeli JR Tokyo Wide Pass seharga 10.800 yen dengan masa berlaku tiga hari berturut-turut.
-
Kegon Waterfall
Setelah tiga kalinya ke Nikko, akhirnya saya mengunjungi Kegon Waterfall yang terkenal. Ia berada pada posisi nomor satu dalam jajaran air terjun terindah di Jepang, di atas Nachi Waterfall di Wakayama dan Fukuroda Waterfall di Ibaraki. Waktu terbaik mengunjungi Kegon adalah musim gugur dan dingin karena warna daun dan salju yang dramatis membuat air terjun ini tampak amat megah.
Lokasi air terjun ini amat dekat dengan Lake Chuzenji, lebih tepatnya airnya berasal dari danau tersebut. Konon, pada musim panas aliran airnya akan lebih deras ketimbang musim dingin. Namun, uniknya berkunjung pada musim dingin adalah kita dapat menyaksikan aliran air yang membeku seperti stalaktit.
Supaya dapat melihat air terjun lebih puas, belilah tiket seharga 570 yen, yang dapat digunakan untuk menikmati fasilitas lift sejauh 100 meter ke dasar. Ternyata, Kegon Waterfall memang sebagus itu, megah dikeliling tebing kemuning.
Dari Stasiun Tobu Nikko, kita bisa menumpang bus umum menuju Terminal Chuzenjiko Onsen selama 50 menit, kemudian lanjut berjalan kaki. Ongkosnya 1.150 yen. Jika kalian ingin menginap di Nikko, sebaiknya beli Nikko All Area Pass supaya dapat menaiki bus sepuasnya selama dua hari di Nikko. Harganya jauh lebih hemat, yaitu 2.100 yen.
-
Nikko Toshogu Shrine
Toshogu Shrine menjadi salah satu kuil paling terkenal di Jepang karena merupakan peristirahatan terakhir Tokugawa Ieyasu, pendiri shogun Tokugawa yang memimpin Jepang selama lebih dari 250 tahun hingga 1868. Kompleks kuil Toshogu yang indah ini pun dibangun oleh cucunya, Iemitsu, pada awal 1600-an.
Berbeda pada Zaman Meiji, di mana agama Shinto dan Buddha dipisah-pisahkan, di Toshogu Shrine kita dapat melihat elemen kedua agama berpadu cantik pada arsitektur kuil; mulai dari struktur bangunan, ukiran kayu, dan beragam ornamen lainnya. Perpaduan Shinto dan Buddha juga terlihat pada torii yang berdiri sebelum Yomeimon Gate, gerbang utama kuil yang amat cantik karena dihiasi ornamen naga, dedaunan emas, dan figur lain-lain. Dasar torii dipahat membentuk bunga teratai, yang merupakan simbol penting dalam Buddha.
-
Ashikaga Flower Park
Mendengar nama Ashikaga Flower Park, yang terbayang adalah bunga Wisteria ungu yang bergantungan dengan cantiknya. Tak hanya ungu, ada pula Wisteria putih, merah jampu, biru, dan kuning. Dalam bahasa Jepang, Wisteria disebut “Fuji”, tetapi aksaranya berbeda dengan Gunung Fuji.
Nah, di Ashikaga Flower Park terdapat sebuah pohon Wisteria yang berusia seratus tahun, dengan dahan raksasa yang bagai menciptakan kanopi berbunga biru-keunguan.
Namun, karena datang pada musim dingin, Wisteria sedang berhibernasi dan sebagai gantinya, kita dapat menyaksikan winter illumination atau pameran lampu-lampu hias di seluruh taman. Pameran ini buka setiap malam mulai akhir Oktober hingga awal Februari.
Uniknya, pameran lampu LED berwarna-warni ini tak hanya menghiasi pepohonan seperti bunga, tetapi juga dibentuk menjadi beragam objek cantik, misalnya istana cantik. Kemudian, lampu-lampu ini juga dinyalakan mengikuti alunan musik. Apabila malam tak dingin-dingin amat, mungkin saya dan kawan-kawan betah memandangi taman bunga yang indah.
Dengan JR Tokyo Wide Pass yang cocok sekali untuk wisata Kanto, taman ini dapat ditempuh dengan JR Tohoku Shinkansen dari Tokyo ke Oyama, lalu transit ke JR Ryomo Line dan turun di Stasiun Ashikaga Flower Park yang berada tepat di depan taman. Lama perjalanan sekitar 80 menit.
Prefektur Gunma
Pada hari keempat wisata Kanto, kami meluncur ke Prefektur Gunma, tepatnya daerah Minakami. Akhirnya trip musim dingin ini akan diwarnai dengan salju dan es. Destinasi pertama adalah Norn Minakami Ski Resort, yang dapat ditempuh dari Stasiun Tokyo dengan Shinkansen Max Toki dan turun di Jomo-Kogen. Lama perjalanan sekitar 74 menit.
-
Norn Minakami Ski Resort
Setibanya di Stasiun Jomo-Kogen, hawa dingin langsung menerjang. Sungguh berbeda dengan hari-hari sebelumnya yang tak terlalu dingin. Terlebih apabila tinggal di Tokyo. Wajar saja, Jomo-Kogen hanya berjarak satu stasiun dari Echigo-Yuzawa yang terkenal dengan resor skinya. Walaupun bersebelahan, Jomo-Kogen dan Echigo-Yuzawa berada di prefektur berbeda. Jomo-Kogen di Gunma, sementara Echigo-Yuzawa di Niigata.
Norn Minakami Ski Resort sebenarnya tidak terlalu besar. Ia hanya memiliki dua area ski, satu untuk pemula dan satunya lagi mahir atau profesional. Tak hanya ski, pengunjung juga bisa berselancar salju atau snowboarding di sini. Untuk menuju puncak landasan, kita dapat menaiki gondola yang tersedia.
Sayangnya, karena waktu terbatas, saya dan kawan-kawan tidak sempat mengikuti kelas bermain ski. Apalagi saya juga baru sekali menjajal ski di Gulmarg, Kashmir, tahun lalu. Untuk pemula, silakan mengikuti kelas ski mulai dari satu hingga dua jam, dengan harga mulai dari 5.000 yen. Lalu, apa yang kami lakukan kalau tidak bermain ski?
Trekking di salju!
Unik sekali, bukan? Jadi, kami diajak berjalan di salju yang mencapai lutut untuk berburu jejak hewan-hewan endemis Minakami, antara lain rusa hutan, burung-burung, beruang, dan sebagainya. Rutenya simpel saja dan bagi pengunjung yang tak memiliki sepatu memadai, kita dapat menyewa bots salju di loket.
Perburuan ini tentunya didampingi oleh pemandu, yang ternyata seorang pemburu beruang terkenal di Jepang. Ia pun bercerita tentang pengalamannya berburu hewan, juga tentang tips-tips mencari jejak hewan di salju. Setelah berjalan lebih dari satu kilometer, di antara putihnya salju, kami menemukan jejak rusa hutan. Lucu juga melihat tapak-tapak kaki kecil di atas salju yang mulus.
Setelah trekking, kita juga bisa bermain di area anak-anak. Ada beberapa aktivitas es yang menarik, seperti snow sledding, bermain di rumah es, dan sebagainya.
-
Doai Station
Doai Station adalah stasiun kereta Joetsu Line yang berada di Minakami, Gunma, dan dioperasikan oleh East Japan Railway Company (JR East). Joetsu Line membentang sejauh 69,3 km dan berawal dari Takasaki. Apakah keunikan Doai Station sehingga perlu dikunjungi?
Stasiun ini pertama kali dibuka pada 19 Desember 1936, usianya sudah 84 tahun kini. Hebatnya lagi, kondisinya masih sama seperti pertama kali berdiri. Betul, konstruksi dan interior stasiun tidak diubah mengikuti kemajuan zaman. Karena itu, begitu menginjakkan kaki ke dalam, nuansa kuno dan tradisional langsung terasa. Ruangan sederhana tanpa hiasan apa pun, belum lagi dinding tua dan lembap akibat salju membuat saya makin merasa dingin.
Selain itu, uniknya lagi stasiun ini memiliki dua peron terpisah. Satu di atas dan satunya lagi di bawah tanah, di dalam Terowongan Shin-Shimizu sekitar 70 meter ke bawah. Akses menuju peron bawah tanah ini adalah anak tangga berjumlah 486. Tentu saja tak ada eskalator dan lift karena stasiun ini sengaja dibiarkan sesuai kondisi aslinya.
Untungnya, stasiun yang lebih sering dikunjungi turis ketimbang penumpang kereta ini, memiliki kursi-kursi panjang tempat beristirahat. Saat melihat terowongan dan tangga tanpa ujung, saya dan kawan-kawan sempat berdiskusi apakah perlu turun atau tidak. Untungnya kami memutuskan turun karena mendapatkan pengalaman yang amat berkesan.
Kalau penasaran, kalian juga bisa ke Doai Station dari Ueno, dalam sehari ada lima jadwal kereta. Wisata Kanto makin menarik apabila mampir ke sini.
-
Daimonya Bussan: Daruma Painting Workshop
Bagi yang belum pernah mendengar, Kota Takasaki di Gunma terkenal sebagai penghasil Daruma. Sebuah boneka pembawa keberuntungan yang punya fungsi penting bagi umat Buddha Jepang. Konon, Daruma dibuat dengan meniru sosok pendiri Zen, yaitu Bodhidarma, dan sering dijadikan hadiah pada tahun baru karena dianggap membawa keberuntungan.
Di Daimonya, saya bertemu dengan pendirinya yang berasal dari generasi keempat, yaitu Sumikazu Nakata. Pria berumur enam puluh delapan tahun ini dapat memproduksi 70.000 Daruma dalam satu tahun. Perlu dicatat, beliau sendiri yang melukis semua alis dan kumis boneka yang identik dengan warna merah tersebut.
Nah, bentuk alis dan kumis yang dilukis pun memiliki arti simbolis tersendiri, yaitu bangau dan kura-kura. Dalam pepatah Jepang populer, disebutkan bahwa, “The crane lives 1.000 years, the tortoise 10.000 years.” Tentunya, boneka Daruma dianggap membawa kemakmuran dan panjang umur.
Selain itu, dalam budaya Jepang, bentuk Daruma disebut Okiagari. Oki berarti ‘berdiri’ dan agari berarti ‘bangkit’. Boneka ini menyimbolkan kesuksesan dan sikap pantang menyerah, terlihat dari bentuk dasarnya yang bundar sehingga takkan bisa jatuh apabila didorong.
Di Daimonya kita bisa mengikuti kelas melukis Daruma, sebuah pengalaman yang membuat saya berdebar-debar. Tuan Sumikazu sampai dua kali memberikan contoh cara melukis yang benar, yang tentunya akan sulit dipraktikkan bagi firstimer seperti kami. Jadilah Daruma saya memiliki alis dan kumis yang tidak sejajar.
Namun, jangan lupa, saat melukis tersebut kita juga bisa sambil membuat permohonan dalam hati. Ungkapkan keinginanmu dan curahkan dengan kuasmu. Semoga berhasil, dan jangan lupa membeli suvenir Daruma yang menggemaskan!
Ekstra: Prefektur Yamanashi!
Pada hari kedua trip wisata Kanto, kami sempat menghabiskan satu hari ke Yamanashi. Apalagi kalau bukan untuk menengok Gunung Fuji. Selain itu, kami menjajal beberapa objek wisata yang harus kalian kunjungi. Nantikan cerita lengkapnya di tulisan berikutnya.
Jadi, kapan kalian mau wisata Kanto juga?