Nama Gili Balu mungkin masih asing bagi sebagian orang. Barangkali ada yang baru pertama kali mendengarnya. Jangan-jangan, pernah pula ke sana tanpa tahu-menahu tentang namanya. Gili Balu memang belum sepopuler “The Gili Islands,” sebutan untuk Gili Trawangan, Gili Meno, dan Gili Air di Lombok.
Gili Balu adalah gugusan pulau yang terdapat di Pulau Sumbawa, tepatnya di Kecamatan Poto Tano, Sumbawa Barat. Gugusan ini terkenal dengan panorama bawah lautnya yang indah, pantai berpasir putih yang jernih, dan padang rumput serta perbukitan yang menghijau. Dalam bahasa setempat, Gili Balu berarti “Pulau Delapan”. Ya, gugusan ini terdiri dari delapan pulau kecil yang sungguh memesona dan tak berpenduduk.
Kemudahan akses menuju delapan pulau tersebut tentunya memikat para pejalan, baik pencinta dunia bawah laut ataupun petualang yang gemar berkemah. Trip ke Sumbawa belum lengkap rasanya apabila tidak singgah di pulau-pulau yang berdekatan dengan Pelabuhan Poto Tano ini. Snorkeling dan diving adalah aktivitas yang wajib dijajal.
Berikut ini pulau-pulau yang termasuk dalam Gili Balu.
1. Pulau Kenawa
Terletak di sebelah Utara Pelabuhan Poto Tano, nama Kenawa berasal dari sejenis pohon bakau (mangrove) yang banyak tumbuh di sini. Pulau ini memiliki luas 13,8 hektar dengan garis pantai 1,73 kilometer. Jaraknya sekitar 15 menit saja dari dermaga di kampung nelayan Poto Tano.
Lalu, apa yang spesial dari Pulau Kenawa–selain saya pernah terdampar di sana saat badai?
Pulau ini bisa dibilang dapat memenuhi semua keinginan para pejalan. Pondok kayu–yang kini reyot–untuk bercengkrama dengan kawan jalan, pantai pasir putih untuk berjemur, lautan jernih untuk diselami, dan bukit mungil untuk didaki demi menyaksikan tenggelamnya matahari dengan dramatis. Banyak hal dilakukan di Pulau Kenawa. Berkemah apalagi, asalkan persiapan dan perlengkapan yang dibutuhkan sudah disiapkan dengan baik. Bermalam di bawah gemintang pun menanti!
2. Pulau Mandiki
Hampir seluruh pulau ini dipenuhi batu sehingga dijuluki Pulau Batu. Masyarakat setempat juga menyebutnya Pulau Genang karena bentuknya menyerupai gendang (genang). Pulau ini bisa dibilang amat sangat kecil, luasnya 0,24 hektar dengan garis pantai 180 meter sahaja. Pulau Mandiki adalah pulau terkecil di gugusan Gili Balu dan tentu saja tak berpenduduk, sama seperti Pulau Kenawa. Uniknya di puncak batunya terdapat sebuah pohon.
Selain snorkeling di sini, saya juga memberanikan diri memanjat ke tebingnya. Sementara, ibu saya yang waktu itu turut dalam perjalanan ini, memilih tetap tinggal di perahu dan memotret ke sana kemari. Ombak di pinggir tebing cukup kencang dan kita harus berjalan di atas batu yang licin. Melangkah harus selalu dengan waspada! Untunglah saya ditemani Ali, tukang perahu yang menemani saya dari hari sebelumnya. Pemandangan dari puncak tebing cukup indah, dan menegangkan sekali. Tak berlama-lama, saya dan Ali kembali ke perahu.
3. Pulau Paserang
Masyarakat juga menyebutnya Pulau Pasaran karena dulu sering terjadi pasaran atau transaksi jual-beli ikan hasil tangkapan antara nelayan dari Poto Tano dan nelayan Lombok di sini. Pulau Paserang memiliki luas 54,77 hektar dan garis pantainya 2,5 kilometer. Pulau ini lebih besar dari Pulau Kenawa dan sedang dibangun pondok-pondok penginapan yang dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat dan PT NOP. Rencananya Paserang akan dikembangkan untuk wisata bahari dengan dibangun 90 cottages dan tempat penyewaan peralatan menyelam. Tapi, proyek ini tak jelas kabarnya hingga kini.
Spot yang saya sukai di Paserang adalah pantai di dekat dermaga, yang amat sangat indah. Gradasi warna birunya membuat saya terkagum-kagum. Saya pun bersegera snorkeling di dekat pantai yang dibarisi pohon bakau. Terumbu karang dan ikan-ikannya ternyata tak kalah cantik dengan Kenawa.
4. Pulau Kambing
Pulau ini dulu pernah dijadikan tempat menggembala kambing oleh masyarakat Poto Tano. Karena itulah, dinamai Pulau Kambing atau Pulau Bedis (bahasa Sumbawa untuk kambing). Pulau ini memiliki luas 5,05 hektar dan garis pantainya 0,85 kilometer. Karena saya tidak singgah ke sini, saya tidak tahu pasti kelebihannya. Tapi, saya dengar pulau ini juga memiliki pantai pasir putih yang cantik.
5. Pulau Belang
Bukan hidung saja yang bisa belang, pulau juga bisa. Pulau Belang bersebelahan dengan Pulau Kambing. Pulau Belang adalah pulau terluas di gugusan Gili Balu, mencapai 492,65 hektar. Garis pantainya juga cukup panjang, yaitu 9,9 kilometer. Lain kali saya pasti singgah di pulau ini.
6. Pulau Ular
Pulau ini tak jauh dari Pulau Kenawa, luasnya 2,19 hektar saja dan garis pantainya sangat pendek, 0,25 kilometer. Menurut masyarakat setempat, pulau ini diberi nama Pulau Ular karena dahulu banyak terdapat ular laut di sini.
Bentuk pulau ini berupa bukit kecil dengan tepian tebing yang terjal dan memiliki pasir putihnya yang sempit. Pulau ini dimanfaatkan untuk menunjang transportasi laut, yaitu sebagai tempat mercusuar. Pulau ini terkenal dengan terumbu karangnya yang didominasi oleh karang keras (hard corals) dari genus Acropora. Tak heran apabila banyak pencinta bawah laut yang menyelam di sini.
7. Pulau Nyamuk
Seperti Pulau Kambing yang banyak kambing, mungkin di pulau ini juga banyak nyamuk. Pulau ini disebut juga Pulau Namo, sesuai bahasa Bajo untuk nyamuk. Luasnya 190,9 hektar dan garis pantainya 6,33 kilometer. Topografi Pulau Nyamuk sebagian besar berupa dataran, yang tertutup pohon bakau, dan memiliki dua bukit. Di daratan yang kosong, masyarakat menanam pohon kelapa dan ubi jalar karena tanahnya gembur dan subur. Namun, sumber airnya hanya mengandalkan curah hujan yang rendah. Di sisi timur pulau ini terdapat budi daya mutiara milik PT Paloma Agung. Kalau kamu ke sini, boleh juga mencoba untuk melihat tempat budi daya mutiara ini.
8. Pulau Kalong
Menurut masyarakat setempat, di pulau ini dahulu memang terdapat banyak kalong atau kelelawar. Pulau ini memiliki luas 196,8 hektar dan garis pantai 5,28 kilometer. Daratan pulau ini didominasi oleh bukit-bukit dan sekitar dua per tiga garis pantainya ditutupi pohon bakau dengan ketinggian 3-5 meter.
Sama seperti Pulau Nyamuk, di sisi timur pulau ini juga terdapat budi daya mutiara milik PT Selat Atlas. Mereka membangun laboratorium, ruang genset, pos penjagaan, dermaga, tempat kerja karyawan, serta lahan untuk tempat peralatan budi daya serta areal budi daya di laut. Kalau singgah ke sini, mungkin bisa meminta izin dahulu untuk melihat-lihat kawasan budi daya mutiaranya.
Tips Berkunjung ke Gili Balu
1. Untuk transportasi ke Poto Tano, silakan lihat di sini. Dari dermaga di kampung nelayan Poto Tano, sewalah perahu untuk berpindah-pindah pulau, harganya dimulai dari Rp350.000, tergantung harga bahan bakar saat berkunjung. Ada juga tukang perahu yang khusus mengantar pengunjung ke Kenawa, biasanya untuk sekadar piknik dan kembali lagi sorenya.
2. Tidak ada tempat penyewaan alat snorkel atau diving di Poto Tano. Jadi, perlu membawa sendiri sendiri peralatan. Tapi, kebetulan perahu yang saya sewa memiliki alat snorkel dan jaket pelampung.
3. Tidak ada homestay atau penginapan di sini. Tapi, kita bisa saja menumpang di rumah-rumah penduduk setempat, yang berupa rumah panggung. Yang penting negoisasikan saja harganya sejak awal.
4. Tidak ada restoran atau mini market di sini. Kita bisa membeli makanan ringan di warung-warung kecil. Kalau memiliki penyakit tertentu atau mudah sakit, lebih baik persiapkan obat-obatan atau P3K sebelum ke sini.
5. Waktu yang aman untuk berkunjung adalah bulan Maret hingga Oktober.
6. Operator seluler yang memiliki sinyal bagus di Sumbawa hanya Telkomsel dan XL.
7. Di pinggir jalan Desa Poto Tano dilewati oleh berbagai bus, jadi sangat mudah untuk melanjutkan perjalanan ke kota-kota lain di Sumbawa setelah puas mengelilingi Gili Balu.