Bukit Holbung: Memandang Danau Toba dari Kejauhan
Ingatan saya kembali pada sebuah judul tulisan di majalah maskapai penerbangan yang kami tumpangi hari sebelumnya, tentang bukit yang berada di daerah Samosir, Danau Toba.
Ingatan saya kembali pada sebuah judul tulisan di majalah maskapai penerbangan yang kami tumpangi hari sebelumnya, tentang bukit yang berada di daerah Samosir, Danau Toba.
Saya pertama kali melihat Tarsius dalam tulisan Indohoy beberapa tahun lalu. Saat itu kawan saya, Vira dan Mumun, mengunjungi Konservasi Tangkoko di Bitung, Sulawesi Utara. Primata mungil bermata belo itu sedang memeluk dahan pohon dalam kelam malam, dengan ekor menjuntai melebihi panjang tubuhnya. Ia adalah kera terkecil di dunia. Panjang tubuhnya hanya lima belas sentimeter dan beratnya seratus dua puluh gram. Sekilas mengingatkan pada Koala versi mini.
Mungkin banyak kawan yang tahu kalau saya penggemar kopi. Semua jenis kopi saya teguk–bukan tenggak, karena itu lebih cocok untuk bir. Mulai dari kopi tubruk instan hingga kopi bikinan barista yang namanya sangat Italia. Pun saya akui, kopi favorit saya mesti mengandung susu, seperti capucinno yang diramu dari double espresso dan milk dan steamed milk foam. Maklum saja istilahnya keminggris. Begitulah yang biasa diujarkan para barista.
Saya sudah mendengar tentang Pacu Jawi beberapa tahun silam. Seorang kawan pernah menceritakan pengalamannya, ia begitu terpukau. Tahun ini saya kembali mendengar kabar dari kawan yang lain, ia malah sudah menjajal permainan tradisional ini. Bahkan, wajah cantiknya yang berlumpur saat mengendalikan sapi terpampang di mana-mana. Ia adalah pembawa acara sebuah program olahraga ekstrem.
Ranah Minang tak hanya ternama akan gastronomi, pula keelokan alam darat dan perairannya, ia juga menjadi inspirasi seni dan budaya Nusantara. Salah satunya dalam seni bela diri. Siapa yang tak kenal dengan pencak silat dari Minangkabau? Semenjak Iko Uwais beraksi dalam film “Merantau” pada tahun 2009, silat kian menduduki singgasana bela diri Indonesia.
Pada hari ketiga di Bukittinggi, barulah saya bisa menjelajahi bentang alam yang berada di ketinggian sembilan ratus meter di atas permukaan laut ini. Berada di antara Bukit Barisan menjadikan kota berbukit-bukit ini—sesuai namanya Bukittinggi—berhawa sejuk dan diapit dua gunung berapi, Singgalang dan Marapi.
Pemuda itu konon berkepala batu. Pun, kapal yang ditumpanginya tak sekeras kepalanya. Sumpah sang Ibunda dapat mengalahkan segala kekerasan di bumi, darat dan lautan. Ketika badai tiba-tiba menerjang, kapal pemuda itu terbelah bagai tanah pada musim paling paceklik. Ia tak sempat memandang tanah kelahirannya. Tak sempat mengenal ibunya.
Beberapa minggu belakangan ini saya perhatikan beberapa agen wisata asyik mempromosikan paket wisata untuk menyaksikan gerhana matahari total yang akan terjadi pada tanggal 9 Maret mendatang. Memang, peristiwa langka yang mungkin hanya bisa kita saksikan sekali seumur hidup–kecuali kita bisa hidup hingga ratusan tahun–ini sangat menarik perhatian saya yang ketika SD hobi menggunting kipling segala artikel astronomi, selain artikel tentang Titanic tentunya, dari Bobo.
Bicara tentang kuliner Sumatera adalah bicara tentang rempah dan santan yang melimpah ruah. Ada benarnya, ibu saya di rumah senang betul memasak gulai daun ubi, salah satu menu khas Sumatera Utara. Pula gulai ayam dan beragam hidangan berkuah santan lainnya. Dapur tak pernah bebas dari minyak. Saat mengunjungi Palembang beberapa waktu lalu, saya bagai memasuki dapur rumah sendiri. Di kota yang terkenal dengan Jembatan Amperanya ini saya menyaksikan betapa kuliner Palembang tak dapat terpisah dari rempah dan santan.