Bisa dibilang, banyak perubahan terjadi pada tahun 2016. Dan, sayangnya, sebagai orang yang tak terlalu akrab dengan perubahan, saya merasa cukup terguncang. Mungkin ini berlebihan, tapi saya sering merasa resah tiba-tiba, lalu gembira luar biasa dan tertawa bagai anak kecil–saya ingat saat terakhir kali tertawa keras di tengah lautan Pulau Tiga, Flores. Keresahan, utamanya, melanda hari-hari jelang tutup tahun. Saya, tanpa alasan yang bisa saya mengerti, cemas melulu.
Tahun 2017 saya sambut dengan debar-debar.
Pun begitu, saya senang banyak hal baru terjadi pada tahun 2016. Hidup baru, kawan baru, rumah baru; perjalanan demi perjalanan baru. Emosi terlalu meluap-luap, sampai kewalahan rasanya. Saya lantas menganggap, seperti yang pernah saya utarakan suatu kali, bahwa perjalanan, entah kenapa, semakin lama semakin membuat saya mudah jatuh cinta pada segala hal–yang terkadang mungkin sepele bagi orang lain.
Karena itu, inilah momen-momen penting yang terjadi sepanjang 2016.
Januari
Berawal dari iseng-iseng beberapa bulan sebelumnya, saya membeli dua tiket ke Hokkaido. Bersama Tama terbang ke pulau paling utara (dan dingin!) di Jepang. Ini adalah salah satu destinasi impian saya–ya, apa pun yang mengandung salju. Perjalanan dari selatan ke tengah ke timur Hokkaido adalah kenangan yang tak terlupakan, apalagi ini pertama kalinya saya bisa berjarak sejengkal saja dari penguin!
Walaupun kaki sampai berdarah-darah karena dingin, ini adalah salah satu perjalanan terbaik sepanjang hidup!
Februari
Saya dihubungi oleh Kak Suzan, yang mewakili Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumatera Selatan, untuk mengikuti trip ke Palembang. Undangan yang saya sambut dengan gembira. Sudah lama saya tidak menginjak Sumatera, tentu ini kesempatan baik. Dan, saya senang sekali bisa mengeksplor Kota Palembang selama empat hari dengan kawan-kawan baru yang luar biasa. Ini trip reuni dengan Firsta, dan pertama kalinya dengan Kak Shasya.
Paling menyenangkan adalah saat main ke Kampung Al-Munawar dan bermain dengan anak-anak, juga saat menyantap nasi minyak bersama dan menonton Gambus!
Maret
Ini bulan favorit, tentu karena saya berulang tahun!
Dan saya bisa menyaksikan Gerhana Matahari Total untuk pertama kalinya. Di Ternate pula. Ini benar-benar luar biasa. Terima kasih kepada kawan jalan yang menyenangkan, Satya dan Mas Him. Walaupun sempat telat bangun karena begadang tak jelas di Pantai Nukila, kami tidak melewatkan Gerhana Matahari Total. Dalam perjalanan ini juga senang sekali bisa mengenal Daniel si Hello Mister yang brilian, mengejar penyu di Sulamadaha, dan bergosong-gosong ria di Batu Angus. Tak lupa juga mampir sehari di Tidore. Bonus perjalanan ini, dua tulisan saya tentang GMT memenangkan kompetisi blog!
April
Ternyata persiapan dua bulan menuju bulan Mei benar-benar menguras tenaga, emosi, dan segalanya. Tapi, dasar memang petualang nekat, lima hari sebelum #YukinoTamaDay saya malah terbang ke Bali atas undangan British Council. Ini menarik, British Council mendukung pengembangan sebuah desa di Kabupaten Tabanan, Nyambu namanya, untuk menjadi Desa Wisata Ekologis. Saya senang bisa menjadi orang pertama yang merasakan pengalaman berwisata di Desa Nyambu.
Mei
Awal bulan yang menegangkan. Untunglah semua berjalan lancar. Saya dan Tama kemudian berlibur ke Gili Trawangan, Gili Meno dan Gili Air, lalu ke Pulau Moyo di Sumbawa–pulau favorit saya. Perjalanan singkat ini ditutup dengan pulang ke kampung Tama di Purwokerto. Lalu, mendadak pada akhir bulan, ada undangan untuk mempromosikan Festival Pesona Pulau Sanrobengi di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. Sebuah perjalanan singkat yang menyenangkan, apalagi bisa jalan bareng lagi dengan kawan jalan favorit, Fiona.
Juni
Kebetulan sekali, empat hari kemudian, saya dan Fiona kembali jalan bareng untuk menghadiri Jagir Festival di Ciamis, Jawa Barat. Ini kali pertama kami road trip, ternyata seru banget. Biasanya perjalanan sejenis selalu melibatkan transportasi udara. Yang paling seru dari trip ini adalah mampir dan makan malam di rumah Fiona yang saya suka sekali di Tasikmalaya. Ah senangnya.
Bulan ini juga cukup menegangkan karena saya diundang stasiun televisi untuk pertama kalinya, bicara tentang wisata Ramadan. Terima kasih buat para penonton program Semangat Pagi Indonesia di TVRI tanggal 18 Juni lalu.
Juli
Puasa, puasa. Ini kali pertama merayakan Lebaran bukan di rumah sendiri. Selama seminggu saya diboyong Tama ke Purwokerto. Penginnya, sih, wisata kuliner dan lain-lain, apa daya banyak restoran tutup.
Agustus
Undangan dadakan kembali masuk, awal Agustus saya bersama kawan-kawan diajak mempromosikan Tour de Singkarak. Selama lima hari kami mengeksplor Bukittinggi, Sawahlunto, dan Padang. Ini adalah salah satu trip paling seru pada 2016 karena bisa menyaksikan Pacu Jawi di Padang Panjang, jalan bareng dengan kawan baru, Tehnit dan Suci. Apalagi, trip ditutup dengan makan durian!
Trip mendadak lagi, saya kembali jalan bareng dengan Fiona dan Bolang (setelah sekian lama!) untuk mempromosikan Aceh International Rapa’i Festival di Banda Aceh. Ini pertama kalinya saya ke Aceh, jadi senang luar biasa walaupun hampir setiap hari diguyur hujan.
September
Ke Bali kita kembali. Kalau biasanya lebih sering mengeksplor wilayah selatan Bali, kali ini bergeser ke tengah dan utara. Selain menginap tiga malam di resor bintang lima di Bedugul, Royal Tulip Saranam, saya senang bisa mampir ke Krisna Watersports dan Adventure di Buleleng. Menjelang tutup bulan, ibu saya pun menyusul ke Bali untuk menikmati servis menyenangkan di The One Legian dan Hotel Vila Lumbung.
Oktober
Saya kembali ke Lampung selama tiga hari untuk menghadiri undangan dari Teknokra Universitas Lampung; untuk berbagi pengalaman tentang menulis perjalanan. Sayangnya cuaca Lampung juga berawan, semoga bisa kembali lagi untuk main-main ke pulau dan pantainya. Dari Lampung, saya melanjutkan acara ke STP Bandung, dan tidak lupa berburu kopi enak.
Akhir bulan, saya dan Fiona (lagi!) serta Satya dan Sefin meluncur ke Tanjung Pinang untuk mempromosikan Festival Bahari Kepri yang dihadiri oleh Bapak Arief Yahya. Perjalanan singkat yang awalnya menegangkan karena kami diminta membuat trending topic di Twitter untuk festival ini, dan berhasil!
Asyiknya lagi, saya akhirnya bisa mencoba menyetir buggy car di Ria Bintan Golf.
November
Tak disangka saya menjadi salah satu dari sepuluh pemenang dalam kompetisi Explore Indonesia 2 yang diadakan Airport.id. Saya pun berkesempatan menjelajahi Yogyakarta selama enam hari; menginap di Greenhost Boutique Hotel dan The Cangkringan di Kaliurang. Pengalaman yang menyenangkan karena saya bertemu banyak kawan baru, yang berasal dari Medan hingga Lombok.
Akhir bulan, saya dan Fiona serta Wira diminta untuk mendampingi pemenang kuis mancanegara dalam rangkaian kampanye #TripofWonders. Saya pun kembali ke Labuan Bajo pada bulan yang sama seperti tahun 2015. Sungguh kebetulan! Petualangan selama tiga hari di Labuan Bajo pun berlanjut hingga Ruteng, Bajawa, dan Ende. Senang sekali akhirnya saya bisa menginjak sebagian Pulau Flores. Berikutnya harus sampai Lembata!
Desember
Bulan yang menegangkan; hari-hari menuju tahun yang baru selalu membuat saya cemas dan berdebar-debar. Saya tak pandai membuat resolusi, dan makin resah menjelang tanggal 31. Untunglah tutup tahun ini–sama seperti tahun lalu–dihabiskan dengan kumpul bersama kawan-kawan RRC di Lantai 32. Dan tak ada yang lebih menggemaskan selain menutup tahun dengan maskeran bersama dan makan duren!
Oh iya, bulan ini saya mendapat undangan dari Hotel Pesonna Pekanbaru dan berkesempatan wisata kuliner di sana. Yang bikin akhir tahun makin spesial, saya diminta membuat dua tulisan tentang gereja tua (Gereja Ayam dan Gereja Immanuel) di Jakarta untuk edisi Ziarah Gereja majalah National Geographic Traveler. Terima kasih kepada Mas Azhar, fotografer Natgeo, yang menemani saya ke Gereja Ayam dan selalu menanyai jadwal kosong saya untuk riset ke gereja, juga Mas Him selaku proof reader.
Sekali lagi, Selamat Tahun Baru 2017!